Skip to main content

Simpang di Kampus Bukit Jimbaran

Gak sengaja…
atau lebih tepatnya Terpaksa.
Gegara berkas e-PUPNS dikembalikan hari rabu minggu lalu lantaran ijazah S1 tidak dilegalisir aseli (hanya print out warna, hasil scan ijazah versi aseli), dan hanya karena kelengkapan tersebut diberi waktu 1 hari saja, ya mau bilang apa ? Wong ndak punya…

Berangkat pagi pasca absen jari, sekitar pukul 8.30 usai membuat satu notulen rapat tempo hari, langsung cuzzz sendiri ke Kampus Bukit Jimbaran, Universitas Udayana, almamater saya sedari lulus tahun 2001 silam. Dah lama juga ya. Apalagi kalo dihitung dari tahun angkatannya.

Masuk kawasan kampus, hitungan setahun sudah banyak perubahan, utamanya di pintu masuk kampus yang telah merobohkan candi bentar bersayap itu. Berganti rupa dengan jalur jalan dua arah yang baru saja usai diaspal tahun lalu. Kanan kiri pun sudah tertata rapi lewat trotoar dan paving merah. Tambah asri dari luaran.

Sayangnya, penampilan kampus Teknik yang saya cintai ini tampaknya masih tak berubah banyak sebagaimana luarannya. Malah semakin ramai bangunan dan (maaf) agak kumuh untuk ukuran kampus Negeri. Apalagi saat melihat dari dekat kondisi fisik gedung utama, yang catnya makin kusam juga terkelupas, sedang pada batu tempel sudah berlumut dan menghitam.

Memasuki gedung, eh rupanya masih ada pegawai lama yang mengenali. Ya memang sih secara tinggi badan memang tergolong makhluk langka, tapi kalo soal ingat nama itu, berarti spesial. Bisa jadi lantaran waktu Studio Akhir dulu, saya sempat dicap sebagai Tersangka Utama pencurian hard disk pada perangkat komputer Sekretaris Dekan. Dicurigai lantaran saat digeledah, terdapat obeng dan kelengkapan lainnya yang memang mengarah pada aksi pembongkaran cpu unit. Bagaimana tidak, wong saya masuk Studio Akhir bolak balik bawa cpu pulang pergi untuk penggambaran by AutoCad, yang dijaman itu merupakan orang nomor dua yang berani memanfaatkan teknologi ini. He… dan merekalah yang membela saya saat itu.

Mengenaskan.
Saya ndak bawa berkas ijazah aselinya sebagai bahan legalisir. Itu disampaikan staf administrasi yang wajahnya masih muda kinyis kinyis. Bahkan saat ditunjukkan versi Digital yang tersimpan dalam layar ponsel pun ndak mau diterima. Ealah… padahal pas legalisir ijazah S2 tempo hari atau mengurusi KTP aja bisa kok.

Eh, tapinya Pas mau pulang balik disamperin lagi oleh Pak Dewa, sambil nanya nanya ‘kok cepet ?

Dijelasin, si Bapak langsung ambil map saya trus masuk ruangan administrasi. Sambil berucap, untuk pak Pande, saya yang jadi jaminannya deh. Ybs memang benar mantan mahasiswa disini. Kalopun perlu meyakinkan pimpinan, biar saya yang urus. Weleh…
Legalisir ijazah saya malah memang cepat prosesnya. Sampe tandatangan pak Dekan pun dijabani saat itu juga.

Nikmatnya jadi orang yang masih dikenal gegara masuk kategori makhluk langka.

*eh sayangnya saya lupa ambil foto, bisa jadi lantaran diuber waktu. Ditunggu sampe Jam 13.00 oleh Kepegawaian Pak, sms salah satu staf saat itu. Ya langsung ngacir pulang deh…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.