Skip to main content

Men, Women & Children

Ini adalah sebuah kisah bagaimana internet dan dunia maya memporakporandakan kehidupan keluarga, bahkan bisa jadi keluarga kita kelak.

Kurang lebih begitu yang tersirat dalam benak saya saat menonton filem drama karya om Jason Reitman. Hal yang sama disampaikan pula oleh mas Anton Muhajir lewat akun twitternya @antonemus yang menjadi awal penasaran mencari lalu mengunduhnya. Menohok.

Kisah dimulai dengan satu prolog tentang perjalanan pesawat Voyager, yang menjelajah angkasa buah karya NASA menjadikannya pula selingan diantara kisah manusia yang ada. Inspirasi salah satu tokoh didalamnya yang memilih untuk meninggalkan olahraga American Football-nya ditengah kegalauan keluarga ambang perceraian.

Ada banyak kisah yang digambarkan satu persatu setelahnya. Remaja tanggung yang mulai mengenal seks, eksploitasi gambar tubuh seorang anak oleh ibunya dengan dalih modeling dan diperjualbelikan, upaya proteksi anak dari pergaulan dunia maya, hingga percobaan affair yang dilakukan sepasang suami istri yang mendambakan ‘sesuatu’ yang tak dimiliki pasangannya. Semua terangkum dan saling terhubung layaknya kisah ‘Love Actually’ yang pula menyinggung secuplik kisah kaitan dengan 9/11.

Film Bagus.

Saya sampai kehabisan kata-kata saat menyadari bahwa apa yang digambarkan dalam film Men, Women & Children yang menampilkan aktor Adam Sandler ini, mutlak sama dengan apa yang pernah saya lakukan sedari sepuluh tahun lalu. Asyik dalam dunia maya dan bercengkrama bersama teman melalui layar ponsel ataupun tablet, bahkan mencoba-coba mengakses halaman porno dan menikmatinya. Meski tak sampai menjalin hubungan affair.

Namun ada kekhawatiran saya sebagai orang tua dari tiga anak gadis yang kelak bertumbuh kembang dan bukan tidak mungkin menjadi salah satu dari sekian banyak karakter yang ada, lebih memilih berinteraksi sosial melalui layar perangkat ketimbang berbicara dengan kawannya yang ada di seberang meja. Yah, ini semua resiko dari kemajuan teknologi itu sendiri.

Sebagaimana yang pernah saya katakan pula sebelumnya tentang teknologi, internet atau bahkan sosial media dan chat pertemanan itu sendiri, semua bagaikan pisau bermata dua. Akan mendatangkan hasil yang positif apabila kita bijak menggunakannya, dan sebaliknya akan mendatangkan bencana ketika kita salah melangkah didalamnya.

Tidak mempercayai begitu saja informasi yang beredar di dunia maya pula menjadi satu hal penting tergambar didalam film ini. Sangat riskan terutama bagi mereka yang baru mengenal dunia maya.

Kalian yang suka berkunjung kemari dan memiliki akun sosial media lebih dari satu dan aktif menggunakannya, saya yakin bakalan suka dengan alur cerita dan makna yang terkandung didalamnya. Jadi hati-hati…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.