Skip to main content

Android Ponsel Android

Lima tahun lalu, saat masih setia mendampingi mentor pengadaan Pak Made Sudarsana bersama Kabag Pembangunan yang kini menjadi Kepala Dinas Cipta Karya ke event event LPSE, untuk pertama kalinya saya berkenalan dengan Android dan ponsel Android. Kalo gak salah, perangkat satu ini masih tergolong rilis awal, pionir yang memulai peruntungan dengan menjual sistem operasi besutan Google.

Samsung Galaxy Spica I5700 dengan versi Androidnya, Eclair.

Dibandingkan dengan perangkat yang sedang ngeTrend saat itu, godaan Android jauh lebih menarik hati. Sehingga hanya berselang enam bulan kemudian, saya berkenalan dengan perangkat Android pertama yang dimiliki, Samsung Galaxy Ace S5830. Lewat perangkat inilah, satu persatu tulisan yang ada di halaman Android blog ini lahir dan berkembang lebih jauh.

Empat tahun kemudian, rasa cinta saya pada Android dan ponsel Android ternyata masih utuh, sementara beberapa kawan sudah mulai berpindah ke lain sistem, merasa lebih nyaman dengan iOS besutan Apple. Mengapa ? Mungkin karena fleksibilitasnya yang mudah melakukan aksi ‘copy paste’ ke perangkat lainlah yang membuat kesetiaan itu ada. Meski sempat pula mencicipi iOS yang hingga kini masih saya pegang lewat iPhone 4 cdma.

Terhitung belasan perangkat Android yang pernah dicoba dalam periode tersebut. Beberapa diantaranya bahkan masih aktif digunakan hingga hari ini.

– Samsung Galaxy Ace S5830 – dijual kembali
– HTC Flyer milik LPSE – dikembalikan
– HTC One V kenang-kenangan dari HTC Road to Bali – slot sim card rusak, hanya berfungsi layaknya iPod
– Samsung Galaxy Tab 7+ – dihibahkan pada Intan
– Samsung Galaxy Note 10.1 milik LPSE – dikembalikan saat mendapat promosi ke Cipta Karya
– Samsung Galaxy Note II – digunakan Istri hingga kini
– Samsung Galaxy Note III – perangkat utama
– AccessGo 4E – dihibahkan pada ipar
– Nokia X – dihibahkan pada Ibu
– HP Voice Tab 7 – digunakan MiRah
– Samsung Galaxy Note Neo – uji coba aplikasi Pantau
Belum termasuk yang pernah singgah seperti Axioo Pico Pad, Samsung Galaxy Tab 7, Samsung Galaxy Tab 10, Samsung Galaxy Tab 8.9, HTC Sensation XE, Sony XPeria P, Samsung Galaxy Prime, Asus Fonepad 6, Samsung Nexus S, Acer Iconia,  Samsung Galaxy Y, Samsung Galaxy S 5.0 wifi, Samsung Galaxy Tab 7 #2, Samsung Galaxy Pocket, Samsung Galaxy Note, Vandroid T2, Samsung Galaxy Tab 7.7, Cross A20 hingga beberapa Emulator yang diinstalasi pada perangkat PC.

Dari kesemua perangkat yang pernah dijajal tadi, tentu ada satu hal yang kemudian menjadi kesimpulan saat ini. Bahwa apapun perangkatnya, apapun merek dan serinya, Android yang diusung tetap sama. Yang membedakan hanyalah spek hardware yang digunakan dan versi OS dan segala kelebihannya.

Ini mengingatkan saya pada perangkat PocketPC yang satu dasa warsa lalu telah saya kenali lewat beberapa perangkat. Dari T-Mobile, O2, Audiovox dan lainnya. Jadi sebetulnya gak ada kekhawatiran lagi ketika diminta untuk mengeksplorasi sebuah perangkat Android yang berasal dari berbagai vendor tadi.

Akan tetapi makin kesini, ada beberapa standar baku yang kemudian saya tetapkan sebagai syarat minimal dalam pembelian ataupun pemilihan ponsel Android untuk kepuasan bagi si pengguna ponsel kedepannya.

Pertama, besaran Memory RAM Minimal 1 GB. Memang berapapun RAM yang dibekali pada setiap ponsel Android, belum sekalipun saya merasakan memory sisa yang lega. Maksimal kisaran 500 hingga 700 MB, itupun saat ponsel berada dalam posisi standby. Akan tetapi dengan besaran Memory RAM sebesar minimal 1 GB ini, beberapa permainan ataupun aplikasi yang membutuhkan resources besar, saya kira gak akan menjadi satu masalah lagi.

Kedua, besaran memory Internal Storage minimal 16 GB. Bagi yang gemar menginstalasi aplikasi maupun permainan berukuran besar, saya yakin bakalan menemukan kendala penyimpanan saat jumlahnya mencapai belasan. Gak akan muat, sehingga diwajibkan menghapus beberapa aplikasi yang sekiranya tidak terpakai, mengingat secara umum yang saya ketahui, besaran memory Internal Storage akan dibagi dua terlebih dahulu untuk memberikan ruang bagi aplikasi dan data. Sangat lega jika internal Memory yang dimiliki berada pada besaran itu.

Jenis Layar TFT atau lebih baik lagi, Amoled dsb. Silahkan bandingkan dengan layar IPS yang biasanya digunakan pada perangkat Android murah, dari vendor lokal hingga branded macam HP. Saya yakin bagi kalian yang sudah nyaman dengan layar berjenis TFT bakalan merasa terganggu dengan penggunaan IPS, utamanya saat perangkat di lihat dari sudut pandang samping.

Dengan adanya Tiga standar minimal tersebut, saya yakin secara besaran budget yang harus disediakan, memang cukup besar. Namun sebanding dengan kepuasan penggunaan perangkat dengan umur lebih dari setahun. Seperti halnya beberapa perangkat yang hingga kini masih tangguh untuk digunakan. Samsung Tab 7+ dan angkatannya.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.