Mimpi itu datang lagi.
Kali ini dengan alur cerita yang membingungkan, Namun yang terpenting disini bukanlah itu. Tapi kehadiran kakakku almarhum didalamnya.
Mungkin lantaran kangen akan kehadirannya dalam wujud nyata yang takkan pernah bisa kudapatkan hingga kini, atau bisa juga lantaran keluhanku yang tak bisa berbagi kisah lagi dalam mengajak jalan kedua orangtua seperti dahulu saling berganti. Ya, nelangsa memang jadinya.
Kisah dahulu memang indah dan tak kan mungkin bisa kembali dinikmati, hingga akupun pernah mengeluhkannya pada Ibu satu malam lalu. Termasuk cerita tentang ponakanku yang makin jarang bisa berkumpul bersama lagi. Entah karena kini ia sudah masuk masa remaja, atau karena rasa minder yang ia miliki tak punya Ibu lagi.
Kami jalan terpisah. Aku, Mirah putri kami, suaminya dan ponakan berada di satu kendaraan, sementara kakak almarhum berada terpisah di kendaraan lain bersama kedua orangtua dan istri. Rombongan satu lebih banyak bersantai berkeliling kota, sementara yang lain mencari kudapan makanan seperti hobbynya terdahulu. Kami bertemu di satu tempat, yang pada akhirnya memisahkan diri sesuai keluarga yang dimiliki, dan ia berlalu lebih dulu. Setidaknya demikian yang mampu ku ingat sejauh ini.
Kangen… mungkin itu yang dapat kurasakan kini.
Kangen akan kehadirannya.
Comments
Post a Comment