Panas badannya mulai meninggi, sekitar 39,8 derajat di malam kedua ini. Kamipun berembug singkat dan memutuskan untuk secepatnya melarikan Intan ke Rumah Sakit terdekat. Kartu Prudential atas namanya pun segera kupastikan berada didompet. Untuk berjaga-jaga pada kemungkinan terburuknya.
Di lorong pintu masuk sebelah UGD RS Bhakti Rahayu, selama setengah jam kami masih menunggu. Disebelah kami ada beberapa pasien rawat jalan yang masih menunggu panggilan. Artinya kami mendapatkan prioritas paling akhir. Jawaban pihak RS pun cukup membuat kami kebingungan, saat kami mencoba minta didahulukan. “Belum mengalami kejang kan pak ?” *lha apakah anak kami baru akan ditangani jika sudah mengalami kejang ? Apakah harus menunggu kejang dulu baru ada tindakan ? Meh…
Setelah ijin pada beberapa pasien lainnya yang secara kepentingan hanya untuk memeriksakan kemajuan mereka, kamipun diberikan peluang masuk lebih dulu mengingat Intan saat itu mulai mengigau dan menangis. Waktu menunjukkan pukul 11 malam, rabu kemarin.
Dokter Jaga berusaha melakukan observasi terlebih dahulu dengan memasukkan obat dari pantat bayi. Setelah setengah jam tampaknya belum jua ada perubahan. Maka itu kami meminta cek lab saja menindaklanjuti rujukan dari dokter anak. Hasilnya, Trombosit Intan terpantau turun hingga 84, padahal panas badannya baru menginjak hari kedua. Merasa ada yang tidak beres, Dokter Jaga menyarankan kami untuk Rawat Inap ditempat. Kamipun setuju.
Ada rasa kekhawatiran kami akan turunnya Trombosit Intan yang begitu jauh. Pertama tentu saja Demam Berdarah. Pengalaman menemani dua pasien DB, yang paling sulit adalah menganjurkan pasien untuk minum secara berkala demi menjaga mengentalnya darah, yang tentu akan makin sulit mengingat usia putri kami ini baru menginjak 2 tahun. Sulit dirayu dan sulit digugah kesadarannya. Jadi berharap saja bukan DB yang hinggap kali ini.
Trombosit Intan mulai membaik saat tim medis mengambil sampel darah Intan pagi berikutnya, naik menjadi 107 dan 167 di hari kedua dirawat. Dokterpun mengambil kesimpulan atas hasil lab yang ada, bahwa putri kami mengalami Gejala Typus dan meminta kami menjaganya agar tidak terlalu capek dan lelah. Oke, meskipun sakit tapi ini jauh lebih baik ketimbang DB.
Mungkin karena pembuluh darahnya Intan masih belum jelas terlihat, tim medis memerlukan dua kali suntikan di lengan kanannya untuk mengambil sampel darah. Bersyukur baik hari pertama dan kedua menginap, suntikan hanya perlu sekali ambil saja sehingga Intan gag perlu lama menangisnya karena sakit. Malah Bapaknya yang gag tahan meneteskan air mata lantaran kasihan.
Begitu panas badannya mulai turun dihari kedua, disertai naiknya Trombosit, Intan tampak normal kembali. Mulai marah dan mencubit saat keinginannya tidak dipenuhi dan mulai tertawa juga mengoceh saat kami hibur bergantian. Terhitung Sabtu siang, Intan sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter Anak yang menanganinya selama berada di RS. dan betapa leganya kami melihat perkembangan psikis Intan pasca infus dilepaskan.
Comments
Post a Comment