Skip to main content

Harga BBM Bersubsidi (masih) keMahalan ?

Jika kalian menganggap keputusan kenaikan harga BBM bersubsidi yang diputuskan oleh Presiden Terpilih Joko Widodo beberapa hari yang lalu sebagai sebuah pengkhianatan rakyat, coba deh hitung-hitung dulu pemanfaatan BBM yang kalian serap untuk penggunaan sehari-hari lalu bandingkan dengan upaya penyelundupan BBM dengan transaksi senilai 1,3 Trilyun (ini yang baru aja ketahuan loh ya, gag termasuk yang selama ini dijalankan), di Batam sana yang menjadi akar bentrok antar aparat beberapa waktu lalu.

Baca majalah Detik edisi terakhir (sabtu, 22 November 2014) yang salah satu liputannya menurunkan topik upaya Penyelundupan BBM 1,3 Trilyun di Batam tempo hari, benar benar membuat saya miris. Mengingat salah satu alasan terjadinya upaya tersebut adalah berkaitan dengan harga BBM bersubsidi bangsa kita yang dianggap terlalu murah oleh asing, sehingga mereka (sindikat penyelundup dan kawan kawan) membeli atau bahkan mencuri BBM bersubsidi yang kita ributkan saat ini, dan menjualnya kembali ke luar negeri dengan harga yang tentunya lebih mahal dari harga yang kita lepas atau lebih murah dari harga BBM di negara mereka. Parahnya lagi, bahwa saking menggiurkannya bisnis penyelundupan BBM bersubsidi ini, upaya tersebut bahkan dibekingi oleh aparat setempat, sehingga saat ketahuan dan tertangkap tangan maka terjadilah bentrok dan baku tembak. *pantas saja jika hutang negara yang diwariskan oleh kabinet yang lalu meningkat jika dibandingkan awal kepemimpinan.

Menjadi semakin miris ketika sebagian dari kita malah bertindak anarkis lewat demo dan unjuk rasa, menolak kenaikan harga BBM bersubsidi dan mengancam akan menurunkan Pemerintah Terpilih lewat berbagai cara. Padahal sesungguhnya subsidi yang selama ini diharapkan seluruhnya untuk rakyat, malahan jauh lebih besar dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Logis gag yah, jalan pikiran saya ini ?

Akan tetapi, semua pemikiran yang saya sampaikan sejak awal di akun FaceBook kemudian mendapatkan banyak penolakan. Gara-garanya adalah, adanya banyak pendapat dan masukan dari berbagai pihak termasuk diantaranya pakar ekonomi kenamaan bangsa yang mengatakan bahwa harga BBM bersubsidi yang seharusnya dijual oleh Pemerintah adalah sebesar Rp. 5.660 per liternya. Bahkan ada juga yang berhitung dengan kurs yang 1 USD = Rp. 9.000, uang tunai yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1 liter premium hanyalah… sebesar Rp. 566 saja. Wih… angkanya mirip, beda satu digit Nol-nya saja.

Beda lagi dengan saudara sepupu saya, Om YePe yang merilis komentar tanggapan atas statusnya sendiri per tanggal 8 November lalu, menyampaikan hasil Copas Blog yang dianggapnya ‘make sense’, menyampaikan bahwa dengan adanya “Perbedaan penghasilan antara penduduk Indonesia terdapat selisih 35 x lipat untuk setara dengan penduduk miskin di Amerika, menJadikan harga BBM bensin di Amerika seharusnya = 35 x Rp 6.500 = Rp 227.500 per liter. Tetapi hanya dijual Rp 10.760/liter. Sangat murah kan ! *hebat… bathin saya, alangkah beruntungnya menjadi Warga Negara Amerika*
Sedang Harga bensin Indonesia seharusnya = Rp. 6.500 : 35 = Rp 185,7 per liter. Tetapi di jual 6.500 per liter malah akan dinaikan lagi.” *hmmm… murah banget yah…

Ditambahkan pula bahwa “Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) juga menyatakan bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia tak termasuk murah. Bila dibandingkan dengan negara lain, harga BBM bersubsidi di Indonesia cenderung lebih mahal.”

Lalu seumpamanya saja dikaitkan dengan upaya Penyelundupan BBM diatas tadi itu, sebenarnya harga BBM bersubsidi kita beneran termasuk Murah (sehingga wajar jika diselundupkan), atau malah keMahalan sih ? *sehingga bego banget pola pikir para penyelundup sampe-sampe bertransaksi hingga 1,3 Trilyun ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pangan,