Bisa berkenalan dengan perangkat bernama besar di jamannya ini tentu sudah bukan satu hal yang sulit lagi, mengingat jika secara harga baru yang ditawarkan sudah malas untuk dijangkau, barangkali masih bisa mengandalkan toko online jual beli macam berniaga dot com untuk harga yang lebih masuk akal, namun rasa masih ada baru-barunya.
Nokia X. Merupakan salah satu seri ponsel milik Nokia yang disuntikkan sistem operasi Android hadir di pasaran kurang lebih sekitar awal tahun 2014, dengan penampilan yang mirip dengan saudara tuanya, Lumia 520 yang berbasiskan sistem operasi Windows Phone.
Dijual dengan harga resmi di kisaran 1,5 juta rupiah, Nokia X sebagaimana Lumia 520 di rentang yang sama tampaknya dilepas untuk bersaing dengan belasan ponsel Android sekelas baik dari vendor besar macam Samsung, LG maupun Sony yang telah lebih dulu mengecap sukses untuk seri ponsel Low End Smartphones. Namun sayangnya dengan harga jual yang tergolong nanggung tersebut, Nokia X bakalan kesusahan untuk bisa hadir dan eksis dalam jangka waktu yang lama.
Spesifikasi yang diusung memang sudah menyatakan bahwa ponsel Nokia X rencananya diperuntukkan bagi pengguna Android pemula dimana besaran Internal Storage-nya hanya 4 GB, 512 MB RAM, prosesor Dual Core 1 GHz dan kamera 3 MP tanpa tambahan kamera depan. Tampil dengan dual Sim Card aktif secara bersamaan ditambah ketersediaan eksternal memory tampaknya memang cukup asyik untuk dinikmati. Tapi tidak demikian bagi saya.
Akses halaman per halaman Nokia X mengingatkan saya pada ponsel lama milik vendor kenamaan asal Finlandia ini yang masih saja terdapat lag atau jeda saat digunakan. Bagi yang terbiasa dengan akses gegas ponsel standar milik Samsung ataupun Sony, saya yakin bakalan sedikit merasa geregetan bahkan jengkel. Tapi ya dimaklumi saja tentunya.
Seperti yang telah diungkap dalam tulisan sebelumnya, persoalan User Interface atau halaman depan yang rupanya mengadopsi tampilan X Launcher khas ponsel Nokia berbasis sistem operasi Windows Phone yang kerap disebut dengan istilah Live Tile Metro meninggalkan kesan Kaku dan cenderung membosankan. Tapi jangan khawatir, unduh dan gunakan saja aplikasi Launcher lainnya, maka tampilan tersebut akan berganti ke tampilan khas Android yang dinamis.
Masuk kedalam menu, tampilan yang hadir di Pengaturan sangat mirip dengan tampilan Android versi 4.0 Ice Cream Sandwich dimana sudah terbagi atas kelompok fungsinya. Padahal versi yang ditanamkan sih infonya sudah Jelly Bean alias versi 4.1.2. Dan entah mengapa, informasi terkait versi Android tersebut tidak jua saya temukan dimanapun kecuali keterangan platform di bagian bawah mengadopsi Nokia X 1.0.
Bisa dibilang Nokia sangat pelit untuk berbagi baik secara aplikasi maupun terobosan baru. Tidak seperti para vendor pesaing, pakem yang diusung masih serupa dengan ponsel Lumia yang berbasis Windows Phone. Ketiadaan File Manager sebenarnya cukup merepotkan sehingga pengguna diharuskan untuk menginstalasi aplikasi tambahan. Demikian pula notifikasi dan scroll bar-nya, memberikan kesan minimalis memaksa pengguna mengakses ke menu berikutnya untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Dibandingkan dengan ponsel Android pada umumnya, banyak hal yang terkesan dihilangkan demi memberikan aksen Nokia pada pengguna. Diantaranya search engine dan browser menggunakan Bing milik Microsoft yang kini menjadi pemilik resmi brand Nokia. Google Play Store diganti dengan Nokia Store yang entah hanya perasaan atau tidak, jumlah serta jenis aplikasi yang ada didalamnya sedikit terbatas ketimbang store aslinya. Menu Pengaturan pula sangat minim akses, sehingga bagi kalian yang ingin melakukan perubahan tampilan disarankan untuk menginstalasi aplikasi tambahan yang berkaitan dengan hal tersebut.
Yang unik dari Nokia X adalah wajah desainnya yang pula meniru seri Lumia dengan back cover yang dapat digonta ganti dengan mudah. Semua fungsi slot terdapat di bodi belakang sisi dalam setelah mencabut batere. Praktis cover yang digunakan murni polikarbonat dengan lubang charger dan colokan headset saja.
Overall, Nokia X mungkin bisa dikatakan cukup terlambat untuk bisa mencuri kue penjualan perangkat Android ditengah gempuran vendor saingan macam Samsung, LG atau Sony. Bahkan bisa jadi brand lokal atau china sekalipun. Namun agaknya nama besar Nokia tampaknya kini tak lagi menjadi satu brand dengan tingkat kemudahan penggunaan perangkat bagi semua orang, dan bagi saya pribadi ya memang gag recommended bagi Droiders sejati.
Comments
Post a Comment