Skip to main content

Dua Pilihan dan makan siang

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 wita. Siang yang terik sebetulnya jika kami masih berada di area Denpasar.

Sesuai arahan dari panitia, sejak pagi tadi kami tidak diijinkan membawa dompet dan ponsel selama mengikuti Outbound. Praktis saat hari sudah sesiang ini, satu satunya pilihan yang kami nanti tentu saja makan siang yang telah disiapkan oleh Panitia. Apalagi outbound yang ditujukan untuk menguji fisik, mental dan pola berpikir sejak awal tadi lumayan menguras tenaga, mengurai tawa canda bahkan sedikit duka lantaran kekalahan di beberapa permainan.

Tapi santai, yang saya ingin bahas disini bukanlah bagaimana jalannya outbound atau kelanjutannya. Hanya berandai-andai saja. Tingkat keakuratan sebelum paragraf ini tentu bisa dipercaya, namun setelah ini ya jadikan saja sebagai bahan perenungan.

Ketika berada dalam kondisi diatas, Panitia memberi kami dua pilihan makan siang. Masing-masing paket makan tentu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing baik dari segi kualitas makanan, kadar gizi dan semacamnya. Dengan adanya dua pilihan tersebut jika kami menikmati salah satunya, maka dijamin kami memiliki tenaga untuk bisa menyelesaikan permainan berikutnya. Yang barangkali dari jumlah tersisa sekitar lima, tiga atau empat jenis masih bisa dilakoni dengan baik. Bergantung dari pengolahan makanan oleh tubuh dan cara kita mengatur tenaga yang dihasilkan nantinya.

Sayangnya diantara dua pilihan yang ada, beberapa kawan sempat berpikir untuk tidak menikmati keduanya. Hal ini terlintas lantaran dari kedua jenis makanan yang ada tidak sesuai dengan selera atau harapan yang diinginkan. Jika kalian berada dalam kondisi kami, kira-kira apa yang akan kalian lakukan ? Menikmati salah satu meskipun jenis makanannya tidak sesuai harapan, namun jika itu dinikmati kita diberikan tenaga untuk melanjutkan permainan, atau memilih untuk tidak makan siang ?

Ingat, situasi disini hanya ada Dua Pilihan. Tidak ada uang di kantong, pun tidak ada ponsel. Sedangkan saat waktu makan siang habis, ada lima jenis permainan lagi yang harus diselesaikan.

Jika kalian memilih untuk tidak menikmati makan siang yang ada, apakah kalian siap untuk tidak menyelesaikan kewajiban yang tersisa, capek dan pingsan karena tidak ada asupan tenaga yang bisa dicerna, dan membiarkannya sementara kawan yang lain, berpikir sebaliknya dan sudah siap untuk mengikuti kegiatan selanjutnya ?

Bagi yang cermat dengan kondisi bangsa kita saat ini, saya yakin kalian paham dengan gambaran diatas. Bisa saja kita bercanda saat menjawabnya. Tapi jika saya boleh ingatkan bahwa terkadang pilihan yang ada musti ditanggapi dengan keseriusan karena ini menyangkut bangsa. Saya tentu tidak akan memaksa atau mengarahkan pilihan kalian pada salah satu dari keduanya. Karena itu semua merupakan area private.

Balik ke cerita makan siang diatas yang tentu saja fiksi atau andai-andai dari saya pribadi.

Akan berbeda kondisinya apabila disaat yang sama, kita memiliki kesempatan untuk membeli makan siang sendiri, dengan jenis makanan yang sesuai harapan dan keinginan. Tapi pernahkan kita berpikir bahwa seandainya paket yang telah kita pesan tersebut, kemudian digandakan dan disodorkan kepada beberapa kawan yang ada ?

Apakah mereka akan merasakan kepuasan yang sama dengan yang kalian rasakan ? Atau malah menolak dan memilih untuk tidak menikmatinya dengan alasan yang sama dengan kalian tadi ?

Itulah bedanya.

Pilihan yang ada, saya yakin tidak akan pernah bisa memuaskan satu dua pihak. Karena pilihan tersebut lahir berdasarkan pemikiran sejumlah kepala yang notabene memiliki argumentasi berbeda-beda.

Jadi apakah kalian akan menunggu ada orang yang akan membawakan makan siang yang sesuai harapan ataukah menikmati salah satu pilihan yang ada dengan harapan bisa melanjutkan proses kegiatan selanjutnya meski tidak tuntas ?

Semua kewenangan telah diberikan. Tinggal kalian yang memutuskan.

Errr… cerita outbound dan makan siangnya sekali lagi bukan berdasarkan kejadian fakta yang ada hari sabtu lalu. Jadi yah…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.