Skip to main content

Catatan Malam Minggu

Off Campus…

Terhitung kemarin sore, bubaran belajar mata pelajaran Pak Partha, akhirnya kami bisa pulang juga dan berkumpul kembali dengan keluarga, sambil bercerita semua keanehan, kelucuan hingga tragedi bikin malu 3 menitan bimbingannya Bu Anny.

Tapi sudahlah… semua itu toh kelak tetap akan menjadi cerita kami serta kenangan akan masa Diklat PIM IV…

Touring…

Tadi pagi, meluncur sendiri ke beberapa lokasi proyek tanpa mengajak atasan maupun bawahan, menggunakan motor ‘klingon’ plus bekal materi yang sudah disiapkan lengkap dalam gadget. Mulai dari Desa Dalung, Kerobokan Kaja, Kerobokan, menelikung ke Tibubeneng dan Canggu. Diselingi makan siang di pertigaan jalan kantor Camat Kuta Utara, perjalanan berlanjut ke Kerobokan Kelod, Seminyak, Tuban dan Kuta. Semua dilakoni dalam sehari. Fiuh… melelahkan tentu.

Tapi sebenarnya… *eh daritadi saya cerita pake awal huruf T yah ? Ganti deh…

Namun sebenarnya, agenda Touring dadakan ini gag sendirian sendirian amat sih. Tetep didampingi satu Team Leader untuk Pengawasan kegiatan di Kecamatan Kuta Utara plus satu Inspector yang menunjukkan lokasi per lokasi perkerjaan sambil bercerita soal masalah yang mereka hadapi.

Inilah fungsi kehadiran saya di lapangan..demikian bathin berkata.

Bahwa selain pemeriksaan lapangan yang notabene baru bisa saya lakukan di hari Sabtu-Minggu masa off Campus, tujuan lain dari agenda ini tentu saja berdialog (baca : berkoordinasi, khawatirnya di-cap pencitraan mirip pak Jokowi), baik dengan Kepala Lingkungan setempat, rekanan Pengawas serta Pelaksana. Siapa tahu ada permasalahan yang ditemukan namun belum diputuskan. Harapannya tentu ada solusi maupun alternatif yang bisa ditawarkan dengan kehendak win win solutions, dan kegiatan dapat dilanjutkan kembali.

Pelaksanaan adalah pembuktian kata-kata.

Mungkin demikian sederhananya. Bahwa semua tindakan nyata yang dilakukan di lapangan, merupakan konsekuensi dari kalimat yang diucapkan. Eh tapi ini bukan menyimpang ke arah kampanye atau capres meng-capres yah… tapi dalam rangka mengamalkan dan memperkuat ajaran para WidyaIswara di Balai Diklat sedari awal Mei lalu. Meskipun sebenarnya sudah dilakukan sejak setahun lalu. Tapi kini terasa jauh lebih ringan dan tertata.

Bolehkan sejenak melupakan tugas Diklat. Project Charter itu… mumpung lagi Off Campus yah manfaatkan waktu untuk menunaikan kerjaan, melaksanakan tugas dan kewajiban, menikmati waktu kesendirian dan mengajak keluarga menikmati malam…

Untuk tugas, besok deh saya lanjutkan… pasca donor darah, itupun kalo tekanan darah bisa normal :p

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.