Skip to main content

Pindah ke Lain Galaxy

Hanya berselang dua tahun, akhirnya perubahan itu terjadi juga. Jika dulu saya begitu mendewakan perangkat berlayar 7 inchi, baik untuk bertelepon ataupun beraktifitas, lama kelamaan terasa juga ribetnya. Maka setelah melakukan eksperimen kecil-kecilan menggunakan layar lebar Samsung Galaxy Mega 5,8, pilihan itu terwujud.

Samsung Galaxy Note 3. Satu pilihan tepat tentunya saya kira, mengingat bukan masuk dalam golongan gonta ganti ponsel dalam hitungan bulan sehingga sebuah perangkat Flagship dengan berbasiskan spesifikasi terkini, kelihatannya masih cukup mapan untuk digunakan dalam ukuran tahun. Minimal 2 tahun kedepan.

Dengan lebar layar yang mencapai 5,7 inchi atau lebih ramping sekitar 1,3 inchi tentu saja membawa banyak perubahan baik perilaku maupun kebiasaan.

Jika dahulu aktifitas mengetik Notulen, catatan diskusi ataupun penyimpanan ide begitu nyaman dilakukan untuk ukuran jempol, maka kini dibutuhkan banyak penyesuaian perilaku, beradaptasi dengan ukuran keyboard visual yang nyaris setengahnya, juga peletakan sebagian besar tombol bantu seperti Backspace, juga titik komanya. Belum lagi typo atau kesalahan ketik lantaran jarak antar dua atau tiga tombol disekelilingnya kerap tertekan tak sengaja sehingga dibutuhkan banyak koreksi ulang agar lebih nyaman dibaca.

Tidak hanya itu, dengan layar yang cukup lebar, aktifitas apapun tentu jadi jauh lebih nyaman. Apalagi saat penggunaan lebih banyak menggunakan posisi landscape, terasa pas untuk kedua tangan. Tapi kini, tidak lagi. Dengan sisa layar yang hanya setengah lebar layar, aktifitas mengetik jadi berkurang kepuasannya. Disamping itu pula, beberapa fitur yang dibenamkan didalamnya jadi sedikit lebih nyaman bila dioperasikan dengan layar portrait layaknya penggunaan ponsel biasa ketimbang landscape. Hanya saja konsekuensinya ya keyboard visual jadi jauh lebih kecil lagi dan kemungkinan typo atau salah ketik jadi lebih besar.

Maka itu, untuk mengatasi semua kekurangan diatas, Samsung memberikan stylus pen untuk dimanfaatkan oleh penggunanya melahirkan bentuk tulisan yang dengan cepat dapat mengubah dirinya dari bentuk tulisan tangan menjadi baku standar keyboard. Memudahkan namun terasa unik jika sampai diketahui orang lain. He…

Sedangkan kebiasaan, ya tentu saja harus mengatakan ‘bye bye tas pinggang atau tas slempang… mengingat dengan ukuran layar yang hanya 5,7 inchi masih bisa dikantongi meski agak sedikit menyembul. Setidaknya masih nyaman kalo mau kemana mana, gag musti bawa tas tambahan.

Lantas, seberapa jauh sih Manfaat yang bisa dirasakan oleh penggunanya *dalam hal ini tentu saja saya pribadi, untuk kelas ponsel phablet Samsung Galaxy Note 3 dalam keseharian ? Simak di tulisan berikutnya.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.