Skip to main content

Demi RI1 dan CR7

Bukan tanpa alasan mengapa kami ditugaskan untuk menuntaskan pekerjaan pemavingan di jalan Telagawaja, Kelurahan Tanjung Benoa sedari turunnya perintah Sabtu malam lalu, dimana waktu efektif mulai kerja Minggu siang hingga Rabu dini hari. Hal ini terkait dengan kegiatan penanaman Mangrove yang sedianya dilakukan oleh Bapak Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono bersama duta Mangrove Cristiano Ronaldo CR7, sehari pasca peresmian jalan Tol diatas perairan.

Kegiatan yang bertajuk Save the Mangrove, Save the Earth ini tampaknya digagas oleh investor Artha Graha yang secara kebetulan kalau tidak salah sedang membangun fasilitas perhotelan dekat perairan dan lokasi dimaksud.

Jalan Telagawaja Kelurahan Tanjung Benoa ini merupakan akses utama menuju pantai, lokasi kegiatan penanaman Mangrove 26 Juni 2013, dimana kondisi awal merupakan perkerasan aspal lapen yang kondisinya sudah lumayan rusak.

Berdasarkan rencana kegiatan Peningkatan Jalan Lingkungan Permukiman di Kelurahan Tanjung Benoa yang memanfaatkan dana APBD anggaran Induk tahun 2013, jalan akses merupakan salah satu lokasi penanganan yang kini diambil oleh rekanan dari Metra Giri Karya. Yang dari panjang total sekitar 500an meter panjang, hanya mendapatkan penanganan sepanjang 226 meter saja, terhitung dari ujung jalan dekat pantai.

Lantas mengapa sisa panjang jalan tidak ditangani secara tuntas dalam anggaran yang sama, mengingat informasi awal yang kami terima selama ini, bahwa status jalan masih bermasalah dengan pihak investor, dimana merupakan lahan hak milik dari satu keluarga puri di lingkungan Kota Denpasar. Lantaran hal inilah, hingga hari Sabtu Siang, jalan Telagawaja masih dibiarkan begitu saja sisa panjangnya, tanpa dilakukan penanganan tambahan. Disamping, isu awal bahwa Pak SBY kabarnya bakalan turun ke lokasi melalui HeliPad yang sudah disiapkan oleh panitia penyambutan.

Hanya saja, pasca kunjungan pimpinan kami ke lokasi, informasi terkait lahan yang masih bermasalah, dimentahkan oleh pimpinan setempat sehingga inilah yang menjadi dasar turunnya perintah dadakan untuk menuntaskan PKS (Pemavingan Kebut Semalam).

Terhitung pada akhirnya sekitar tiga hari tiga malam, kami bekerja di lokasi kegiatan hanya untuk menyediakan akses jalan menuju lokasi kegiatan bagi RI 1, Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bersama sang bintang sepak bola, Cristiano Ronaldo CR7.

Dari lemburnya kegiatan yang kami lakukan dalam waktu singkat ini, sempat dicandai pula oleh masyarakat sekitar dan juga Babinsa berbaju loreng, dengan sebutan Badung Bondowoso…

Sayangnya dalam proses penanganan infrastruktur yang kami lakukan sejak hari Minggu siang kemarin, bertemu banyak kendala yang rata-rata sebenarnya berbasiskan kesadaran pada diri sendiri dan lingkungan, yang jujur memang minim dimiliki oleh para pelintas jalan.

Misalkan arogansi aparat yang berlalu lalang dari jalan besar ke lokasi dengan menggunakan Bus kecil, namun dipacu dengan kecepatan tinggi. Padahal lebar badan jalan, hanya berkisar 3-4 meter. Belum lagi palang penghalang yang kami pasang dikedua ujung jalan, ditabrak begitu saja, melintasi pekerjaan paving yang baru saja dipasang. Dan ini terjadi berulang kali baik siang maupun malam. Dan rata-rata alasan yang diungkap pas bertemu dengan kami ditengah jalan (yang tentu gag bisa dilewati), mereka bilangnya ‘maaf, gag liat pak…’ *rasain deh lu mundurnya jauh, gag ada area buat muter balik soalnya…

Belum lagi jenis pertanyaan yang sama kerap dilontarkan oleh warga dan para pelintas… ‘yakin nih bisa selesai, pak ? Pasti kualitasnya jelek dan cepet ancur…’ -kalo saya gag yakin ya ngapain juga saya kerjakan ? Minimal diusahakan semampunya dulu, toh dunia juga tahu bahwa ini kerjaan PKS (Pavingisasi Kebut Semalam)… hanya pangeran yang ngebet dengan Loro Jongrang lah yang bisa melakukannya, itupun dengan bantuan jin dan makhluk halus…

Dan soal jelek dan cepet ancur, saya sih udah tau lebih dulu… bagaimana gag pesimis ? Wong ketersediaan paving aja baru didapat senin sore, itupun umurnya belum mateng untuk dipasang dan dilewati… apalagi oleh beban kendaraan roda empat yang secara teorinya musti dijemur dulu dalam waktu tertentu, baru dipasang…

Tapi ya sudahlah. Semua sudah selesai kami laksanakan tadi pagi.

Jika selama dua hari kemarin, para pekerja beraktifitas hingga pk.5 pagi lalu lanjut pk.9 namun apa yang kami lakukan tetap diragukan, ya wajar… wong mereka gag ikut turun langsung merasakan bagaimana bekerja dibawah tekanan. Apalagi hari terakhir ini, kami pun menuntaskannya hingga pagi buta… bisa selesai saja sudah bersyukur, soal kualitas, nanti usai kegiatan akan kami service kembali. Jikapun kalian masih belum puas, saya sudah siap kok menerima sanksinya…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.