Skip to main content

Makin Jarang Oprek Android

Memiliki sebuah perangkat Android nampaknya mau tidak mau, suka tidak suka, rata-rata pasti pernah terbersit keinginan bahkan hingga mencoba langsung aksi oprek mengoprek perangkat, dengan maksud dan tujuan tertentu. Entah menginginkan kinerja yang lebih baik, menembus batas normal yang mampu dilakoni kemampuan handhelds, bahkan coba-coba, ingin tau atau membuatnya keren secara penampilan tok. Diluaran itu, tentu masih banyak alasan lagi yang bisa diungkap jika kalian merupakan salah satunya…

Demikian halnya dengan saya. Perkenalan pertama dengan perangkat Android awal tahun 2011 lalu merupakan pintu gerbang dari semua aksi ekstrem yang pernah saya lakukan sepanjang kisah kepemilikan sebuah ponsel. Dari proses Upgrade OS Android versi 2.2 Froyo ke 2.3 GingerBread, Rooting, BootLoop, Flashing, Custom Rom, CWM hingga Mati Totalnya HTC One V padahal belum diapa-apain :p sedang Samsung Galaxy Ace pertama malah aman hingga akhir hayatnya… Dijual :)) Ada banyak pengalaman yang saya dapat selama menjalani proses tersebut, satu diantaranya bahwa aktifitas ekstrem seperti yang disebutkan tadi sebetulnya gag perlu-perlu amat dilakukan oleh setiap pengguna ponsel dan tablet berbasis Android. Karena memang beda kebutuhan, dan kepentingan. Apalagi bagi mereka yang memegang ponsel atau tablet berkategori flagship dengan spesifikasi hardware yang jelas jauh lebih tinggi.

Katakanlah aktifitas Rooting.

Salah satu alasan kenapa handhelds dijejajli aktifitas Rooting adalah terkait permasalahan minimnya internal storage yang ada, lantaran tidak ada keterbukaan peluang untuk mempertanyakan dan memberi kuasa kepada pengguna perangkat, bakalan ditaruh (baca:install) dimana aplikasi maupun games yang diminati kali ini ? Sangat berbeda jika dibandingkan dengan proses instalasi pada perangkat berbasis Windows Mobile maupun Symbian terdahulu, karena sejak awal pengguna diberikan kebebasan untuk menentukan posisi instalasi. Dengan demikian, pada kasus Android, perangkat akan secara otomatis meletakkannya di posisi dimana sekiranya dibutuhkan untuk mempercepat akses, bahkan bisa jadi aplikasi atau permainan yang berukuran besar malah dijejalkan pada internal storage yang biasanya tergolong minim dibekali.

Selain itu terkait pula dengan besaran sisa memori RAM yang tersedia, untuk dapat menjalankan aplikasi ataupun permainan secara sempurna dalam bentuk multitasking. Nah, dua hal inilah yang biasanya menjadi hambatan bagi pemilik perangkat untuk menginstalasi lebih banyak aplikasi dan games sesuai keinginan, lantaran begitu banyaknya ketersediaan yang ada di pasar aplikasi atau yang kerap disebut dengan Google Play. Hal ini tentu tidak akan terjadi pada perangkat Android terkini yang biasanya telah dibekali internal storage minimal 4 GB hingga 32 GB plus memory RAM minimal sebesar 512 MB.

Berbeda lagi dengan aktifitas UpGrade dan perburuan Custom ROM, dimana tujuan utamanya menginginkan pembaharuan sistem operasi dan aplikasi Android dan tentu saja perubahan tampilan khas teknologi Android yang sedang berkembang kini. Terpantau sistem terakhir yang banyak digunakan oleh berbagai perangkat Android baik lokal maupun branded adalah versi 4.0 Ice Cream Sandwich dan 4.1 Jelly Bean, dan sebentar lagi bakalan meluncur pula 4.2 Key Lime Pie.

Jika para vendor perangkat merasa peduli untuk memperhatikan konsumennya, biasanya sih bakalan secara rutin memberikan pembaharuan versi sistem operasi, selain bertujuan untuk mencegah adanya celah keamanan yang berpotensi masuknya segala ancaman berupa virus, malware, script dan lainnya. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan para vendor lokal, ataupun seri lama namun branded, yang rata-rata tidak memiliki tim pengembangan sistem operasi tersendiri, sehingga penggunanya harus berpuas diri pada sistem yang dibekali sejak awal. Hal inilah yang kerap menjadi alasan mengapa aksi perburuan Custom Rom itu terjadi. Syukur apabila banyak pengembang independen di luar sana mau membuat versi Custom Rom sendiri, yang biasanya menyasar seri Android yang banyak digunakan, jika tidak ? Gigit jarilah mereka ini pada akhirnya… Namun apakah sedemikian perlunya aktifitas UpGrade ataupun perburuan Custom Rom ? Jika itu resmi dikembangkan oleh para vendor, tentu jawabannya harus, mengingat faktor keamanan tadi plus bonus aplikasi, yang barangkali memang dinanti oleh para penggunanya.

Sedang Custom Rom, ada baiknya sih sebelum mencoba dan menggunakannya pada perangkat yang kawan miliki, agar sebanyak mungkin mengumpulkan informasi terkait versi tersebut. Dari fitur dan aplikasi tambahan apa yang dimiliki, langkah serta proses yang harus dijalankan, apakah terdapat patch atau penyempurnaan instalasi sesudahnya, dan bugs atau hal-hal yang barangkali kelak sulit untuk dijalankan. Biasanya sih ini terkait penggunaan kamera, suara, atau koneksi wireless. Karena memang pengembangan Custom Rom ini tidak dibarengi dengan uji coba secara mendalam pada banyak perangkat. Jadi hati-hati sebelum melakukannya. Kegagalan proses yang terjadi baik dalam aksi Rooting maupun Upgrade dan perburuan Custom Rom ini biasanya mengakibatkan perangkat mengalami bootloop (gambar pembuka yang ditampilkan berulang-ulang tanpa kepastian tindaklanjutnya) atau brick dan mati total. Bayangkan jika itu sampai terjadi ? Bukankah jadi lebih repot ? Dan kasihan juga data contact, agenda dan data lain yang tersimpan dalam perangkat namun tidak sempat diselamatkan.

Sedang saran lain dari proses perburuan Custom Rom adalah penggunaan Launcher yang biasanya jauh lebih aman untuk dicoba dan memiliki banyak variasi tema untuk dicoba. Bisa jadi untuk mendapatkan tampilan ‘ala Jelly Bean misalkan, cari dan install saja Launcher Jelly Bean. Simpel kan ?

Barisan aktifitas semacam itu bisa dikatakan hampir setiap minggu menjadi agenda rutin, apalagi jelang perangkat Samsung Galaxy Ace S5830, Android pertama yang saya miliki, berencana untuk dijual lantaran jarang dipergunakan. Hal ini terjadi karena istri, saya hibahkan kepemilikan HTC One V, hadiah dari HTC Road beberapa waktu lalu, sedang saya pribadi memegang perangkat Tablet Samsung Galaxy Tab 7+ saat harga promo setahun lalu. Dan lantaran sudah kadung jatuh cinta pada versi TabletPC, sayapun enggan beralih lagi ke perangkat Android berlayar 7 kebawah. Dua minggu sebelum Ace dijual, sayapun kemudian mencoba menguji beberapa Custom Rom yang sudah dikumpulkan jauh sebelumnya satu persatu. Hasilnya ? Lihat saja pada daftar Halaman Android yang ada di halaman ini poin ….. Setelah puas, baru deh Ace laku terjual. Nah, pasca kepemilikan TabletPC 7+, praktis semua aktifitas diatas kecuali Upgrade, sudah tak lagi saya lakukan, lantaran secara besaran internal storage sudah cukup lapang (16 GB ditambah eksternal untuk foto, video dan buku sebesar 16 GB), plus memory RAM sebesar 1 GB tentu sudah lebih dari cukup. Apalagi secara jatah sistem operasi, Versi 4.0.4 Ice Cream Sandwich sudah bisa dinikmati setelah berpuas diri dengan OS bawaan 3.2.1 Honeycomb. Sayapun tak berminat lagi mencoba Custom Rom hanya untuk mendapatkan Jelly Bean, cukup menggunakan beberapa Launcher secara bergantian, dari Go Ex, Espier, DX hingga kini Apex Pro. Sudah sangat lumayan dan memuaskan.

Makin jarangnya saya melakukan barisan aktifitas tersebut, pun disebabkan oleh alasan yang sama dengan makin jarangnya punya kesempatan untuk menulis, seperti yang sempat diungkapkan beberapa waktu lalu. Jadi mohon maaf apabila belakangan saya memang jarang menurunkan tips, trik atau pembelajaran lainnya tentang Android baik di Blog maupun akun Twitter. Apalagi saat ini, pasokan perangkat Android baru tergolong jarang saya dapatkan mengingat rata”perangkat yang diambil oleh kawan dan saudara, sama satu dan lainnya. Yaitu Samsung Galaxy Note II. Jadi ya harap maklum saja. *uhuk

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.