Skip to main content

Tips Ringan berkunjung ke Thailand

Setelah mencatat satu persatu pengalaman selama berada di Bangkok dan Pattaya, Thailand, kini giliran Tips ringan kalo kelak kawan berkesempatan berkunjung kesini. Akan tetapi, tips ini bukanlah yang terbaik loh yah. Mungkin kalo mau dikombinasi dengan tips dari blog lain pun wokeh.

Pertama, gag usah bingung dengan kondisi Thailand. Entah karena berada dalam satu benua, demografi dan geografi nya sih gag jauh beda dengan situasi Indonesia. Baik cuaca, panasnya, juga lingkungannya. Kalopun boleh disetarakan, di pusat Kota Bangkok itu mirip Jakarta, sedang pinggirannya juga mirip Denpasar, namun jauh lebih bersih. Sedang Pattaya, lebih mirip Kuta-nya Bali. Jadi, kalopun disini jarang menggunakan Jaket, ya gag usah repot bawa jaket lagi lah, kecuali kalo gag tahan dinginnya AC pesawat, bus atau kamar hotel *uhuk

Kedua, mungkin bagi kawan yang agak ragu untuk ber-English ria, bakalan merasa khawatir terkendala Bahasa. Namun jangan khawatir, kalopun nanti bersua dengan pedagang, untuk melakukan tawar menawar bisa menggunakan Kalkulator yang biasanya dipegang mereka, baik dalam hitungan Baht ataupun Rupiah. Bahkan tidak jarang, ada juga pedagang yang sudah mahir Bahasa Indonesia, meski dalam logat mereka. Namun ini jauh lebih memudahkan.

Ketiga, urusan transaksi lebih mengutamakan Baht. Jadi kalo bisa, silahkan tukarkan sejumlah bekal di Money Changer terdekat, atau tukeran dengan si Tour Guide yang biasanya punya rate lebih mahal. Kalopun mau, bisa juga dituker dalam bentuk Dollar, yang sifatnya jauh lebih universal. Namun agak susah kalo mau belanja di pasar Tradisional. Sedang Rupiah, sifatnya lebih terbatas, meski ada juga yang mau menerima.

Tips keempat, siapkan mental untuk berburu Kuliner khas Thailand. Disini dari segi rasa, lebih banyak asamnya ketimbang rata-rata selera di Indonesia. Bisa jadi lantaran lebih banyak menggunakan bantuan Nenas atau Jeruk sebagai tambahan racikannya. Agak aneh sebenarnya, namun bagi yang sudah familiar dengan sayur Asem, barangkali gag bakalan masalah. Sedang mental yang tadi saya sarankan, yaitu untuk mencoba masakan lain yang pula khas disini, antara lain Sate Celeng, Kerang, Bekicot, Belalang, Ular, Cumi, Gurita kecil, Kelabang, Buaya hingga Tikus. Untuk yang berukuran kecil biasanya disajikan dalam bentuk utuh dalam satu tusukan, sedang yang berukuran besar, anggap saja lagi makan sate ayam *uhuk *sempat merinding pas nyobain sate Kelabang, Gurita dan Buaya. Sedang Tikusnya gag nemu-nemu. Harga kisaran 20 Baht, atau 6 ribuan per tusuk dengan porsi besar.

Kelima, siapkan mental juga seandainya bersua Cewe seksi KW 1. Jangan langsung bernapsu pengen deketin, karena kabarnya ada yang sudah berganti senjata sehingga kalo pengen mencoba barangkali bisa melupakan sejenak versi originalnya, sedang yang masih mempertahankan bentuknya pun ada. Jangan sampai main anggar :p

Tips keenam, bawa dan gunakan kamera Digital dengan kapasitas memori besar. Ada banyak obyek foto yang bisa diambil disini. Baik budaya, transportasi, lingkungan, kuil hingga cewe KW tadi, yang akan sangat disayangkan jika memory kamera dalam kondisi full saat dibutuhkan. Kalopun kamera gag mendukung memori besar, lakukan perubahan ukuran gambar hingga 3 MP saja sudah cukup untuk cetak foto ukuran 4R. Akan tetapi, jangan coba-coba menggunakan kamera di sesi ‘no camera please’ macam BigEye yah, kalo gag mau disita… :p

Ketujuh, jangan lupa mencoba sarana Transportasi umum seperti yang sebelumnya diceritakan. Mumpung disini semua sudah dioptimalkan, siapa tau kelak nanti jadi Anggota DPR, pilihan KunKer atau jalan-jalan ke Thailand kan bisa dicoret lebih awal *uhuk

Kedelapan, persoalan Charger ponsel ataupun Tablet, gag usah dikhawatirkan, karena memang masih mampu mengakomodir bentukan charger lokal. Yang perlu dibawa barangkali cuk T, biar bisa nampung lebih banyak colokan dalam sekali charge :p

Kesembilan, persoalan Operator, coba konsultasikan lebih dulu ke provider yang digunakan, cara mengaktifkan Roaming dan Data diluar Negeri. Kalo pake XL kabarnya sih langsung bisa, tanpa perlu aktivasi. Sedang Simpati, musti diubah pas lagi berada di Indonesia. Lain aktivasi, lain lagi paketan iNet nya. Lantaran disini masih tergolong mahal, untuk menyisasti paket iNet, saya menggunakan tarif reguler tanpa paket, namun berbicara lewat text via Whatsapp. Jadi jauh lebih murah jatuhnya.

Dan Tips terakhir, atur emosi saat memanfaatkan bekal uang yang dibawa. Karena disini, banyak hal yang unik dan menarik hati untuk dibeli sebagai oleh-oleh. Baik souvenir, baju, perhiasan, kuliner hingga cewek KW nya. :p Jangan sampai malah kekurangan bekal saat jelang kepulangan nanti.

Nah, kira-kira, segitu Tips Ringan dari saya yah… *mau balik jagain MiRah niy

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.