Skip to main content

Sony XPeria P, Powerfull namun Terjangkau

Pecah kongsi yang terjadi antara Sony dengan Ericsson beberapa waktu lalu tampaknya tak mematahkan semangat vendor kenamaan Jepang tersebut untuk tetap eksis di bidang perangkat telekomunikasi berbasiskan Android. Tak kurang delapan tipe ponsel digelontorkan sepanjang tahun 2012 dengan tetap mengusung nama XPeria . Salah satu yang akan kami review kali ini adalah XPeria P series.

Dilihat dari perwajahannya, Sony XPeria P hadir dengan wajah persegi yang tak jauh berbeda dengan saudara seangkatannya yang lain. Desain Unibodi berbahan metal dimana komponen batere tak lagi dapat dilepas menjadi ciri khasnya, ditambah kelir transparan yang berada di bawah layar, seakan membelah ponsel menjadi dua bagian terpisah.
Uniknya, kelir ini merupakan salah satu bagian penting dari desain sebuah ponsel XPeria series yang kelak akan memendarkan warna tertentu sesuai dengan warna dasar wallpaper yang dipergunakan sebagai homescreen. Keren bukan ? selain itu, di sisi depan permukaan kelir terdapat tiga tombol sentuh yang difungsikan secara khusus bagi pengguna untuk mengakses Back, Home dan Options. Sedangkan opsi MultiTasking dapat diakses dengan menahan tombol Home beberapa saat.

Sony XPeria P datang dengan mengusung layar 4 inchi berjenis LED 16 juta warna berteknologi BRAVIA yang akan menjamin tingkat kecerahannya tetap terlihat dengan baik, saat pengguna berada di bawah sinar matahari. Yang jika dilihat secara sepintas dari segi dimensi perangkat, ukuran XPeria P bahkan tak jauh berbeda dengan ponsel lain yang memiliki dimensi layar lebih kecil. Sehingga kami hampir tak merasakan perbedaan yang jauh saat menggenggam perangkat ponsel pun menyelipkannya kedalam kantong.

Secara pabrikan, XPeria P hadir dengan teknologi sistem operasi Android versi jadul, 2.3 Gingerbread. Hal ini sempat disayangkan oleh banyak pihak mengingat ponsel lain sudah mengadopsi versi terkini 4.0 Ice Cream Sandwich. Namun jangan khawatir, begitu kawan menggunakannya lebih jauh, kawan akan menyadari bahwa Sony telah menyediakan opsi UpGrade ke versi tersebut dengan pemberitahuan lewat opsi notifikasi. Namun, seperti halnya ponsel Android lainnya, untuk dapat melakukan hal tersebut, pengguna mutlak membutuhkan bantuan aplikasi pc suite yang telah diinstalasi terlebih dahulu pada perangkat pc/notebook pengguna.

Sony PC Companion. Inilah aplikasi pc suite yang kami maksudkan. Jika pada ponsel dari vendor lain aplikasi semacam ini dapat ditemukan pada cd kemasan yang ada dalam paket penjualan, atau pengguna harus mengunduhnya dari halaman website resmi milik vendor, tidak demikian halnya dengan XPeria P. karena aplikasi Sony PC Companion ini dapat ditemukan pada perangkat secara langsung ketika pengguna menyambungkannya dengan perangkat pc/notebook melalui media kabel data. Ini mengingatkan kami dengan perilaku serupa pada perangkat Tablet BlackBerry PlayBook yang membawa serta aplikasi Device Manager saat perangkat disambungkan. Tentu saja ini jauh lebih menghemat pengeluaran baik dari vendor sendiri maupun pengguna.

Selain dapat digunakan untuk melakukan opsi UpGrade sistem operasi, Sony PC Companion juga berlaku pula seperti halnya fungsi pc suite lainnya yaitu sinkronisasi data, file manager, multimedia hingga copy content dan contact antar ponsel. Tentu saja ini membuat ponsel keluaran Sony makin terlihat unik mengingat tak banyak yang mau melakukan hal ini. Kamipun mencoba untuk melakukan transfer kontak dari ponsel Nokia lawas seri 6720 classic yang masih mengadopsi sistem operasi Symbian 60, ke XPeria P dan ternyata, proses mampu berjalan dengan baik. Bahkan aplikasi menawarkan kami dua opsi untuk memindahkan daftar contact ke perangkat secara langsung ataukah menggunakan opsi terintegrasi bersama akun eMail ?

Masuk pada jeroan spesifikasi Sony XPeria P, kami cukup dibuat terkejut lantaran untuk ponsel dengan kisaran harga 3,2 juta rupiah, cukup sarat teknologi terkini yang disematkan oleh Sony didalamnya. Katakan saja prosesor dua inti sebesar 1 GHz, 16 GB internal memory plus 1 GB memory RAM. Kami katakan demikian lantaran di kisaran harga yang sama, beberapa vendor kenamaan lainnya masih mengandalkan prosesor inti tunggal, 4 GB internal memory plus 512 MB memory RAM. Mengangumkan bukan ?

Tapi tunggu dulu, itu belum semua yang dapat kami sebutkan. Setidaknya masih terdapat resolusi kamera sebesar 8 MP dengan teknologi terkini yang dinamakan White Magic plus tombol shutter yang digelar secara fisik layaknya perangkat kamera, ditambah keberadaan led flash dan autofokus yang sedemikian cepat, menghasilkan kualitas gambar diatas rata-rata bahkan jika kami sandingkan dengan hasil jepretan kamera tabletpc milik Samsung. Sekedar informasi bahwa teknologi White Magic yang kini dikembangkan oleh Sony merupakan sebuah teknologi yang dapat memberikan hasil lebih baik saat pengguna menangkap gambar yang berlawanan dengan sinar matahari. Dengan memberikan sentuhan warna putih pada teknologi imaging yang biasanya hanya mengambil tiga warna dasar RGB (Red, Green dan Blue), XPeria P mampu membendung warna terang dan over cahaya sehingga hasil yang didapat sangat memuaskan.

Untuk urusan kemampuan perekaman video, dengan lensa tersebut XPeria P mampu menghasilkan kualitas HD 1080p@30fps, plus kemampuan lain mencakup Geo-tagging, touch focus, face and smile detection, 3D sweep panorama, serta image stabilization. Selain itu, pengguna masih diberikan tambahan kamera depan berkualitas VGA yang kelak dapat dimanfaatkan untuk melakukan video call.

Jika kawan sudah merasa cukup puas dengan semua teknologi seperti yang kami sebutkan diatas, maka bolehlah untuk merasa kaget apabila ternyata teknologi NFC Near Field Communication termasuk sudah pula disuntikkan dalam perangkat Sony XPeria P. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk saling bertukar data hanya dengan cara menempelkannya ke sesama perangkat. Sekedar informasi bahwa biasanya teknologi semacam ini hanya disematkan pada ponsel-ponsel kelas atas milik vendor branded.

Sudah begitu, tersedia pula port HDMI yang mampu menyambungkan perangkat ponsel XPeria P ke layar projector ataupun layar televisi sehingga memungkinkan pengguna berinteraksi lebih jauh dengan ponselnya melalui layar yang lebih lebar. Bahkan kabarnya Sony telah mempersiapkan asesoris bernama Smart Dock bagi perangkat XPeria P, yang memungkinkan perangkat tersambung dengan televisi bertipe smart keluaran terkini. Sayangnya, asesoris ini masih bersifat opsional alias dijual secara terpisah.

Jika sejak tadi kami terus menerus berupaya untuk memuji Sony XPeria P, maka berikutnya kami sebutkan 2 kelemahan yang barangkali bisa menjadi pertimbangan sebelum kawan memutuskan untuk mencoba perangkat ini lebih lanjut. Pertama, penggunaan Micro Sim Card yang mengharuskan kawan untuk melakukan pemotongan sim card agar dapat dimasukkan dalam slot hot swap milik XPeria P, dan kedua, kapasitas daya batere yang disematkan oleh Sony tergolong standar. Li-Ion 1305 mAh.

Dalam kondisi normal dengan kapasitas daya batere sebesar itu barangkali ponsel akan membutuhkan satu-dua kali charging seperti halnya ponsel lain yang berbasis Android. Namun jangan khawatir bahwa ternyata Sony telah menyematkan teknologi yang mampu menghemat penggunaan daya batere sehingga memperpanjang usia dari yang seharusnya dihabiskan. Itupun ditambah dengan kemampuan melakukan fast charging, dimana untuk setiap 10 menit charging, Sony mengklaim kemampuannya dapat melakukan aktifitas talk time selama 1 jam.

Lantas bagaimana dengan fitur lainnya ? setidaknya kami menemukan banyak hal baru pasca perangkat melakukan opsi UpGrade OS dari versi 2.3 GingerBread ke versi 4.0.4 Ice Cream Sandwich. Diantaranya adalah penambahan browser Google Chrome sebagai alternatif browser bawaan Android yang menjanjikan aktifitas yang jauh lebih gegas. Opsi file manager Astro, yang sebelumnya absen sehingga kami harus mengunduh salah satunya dari market. Pembaharuan aplikasi Wise Pilot, Media Remote (untuk dukungan SmartDock), Album (sebelumnya bernama galeri), dan juga tambahan pasar aplikasi alternatif seperti App Xtra, Play Now dan Recommended. Sayangnya, aplikasi Whatsapp bawaan OS masih tetap dikatakan jadul oleh sistem sehingga kami harus mengunduhnya kembali agar dapat dipergunakan. Sebagai bonus, Sony memberikan aplikasi Office Suite yang dapat digunakan sebagai viewer dan editor pada file-file office dengan format doc (Word Processing), xls (spreadsheet) dan ppt (presentation). Sayangnya, opsi untuk mengambil gambar screenshot tampaknya dihilangkan sehingga cukup membuat kami kewalahan untuk mengambil gambar pada layar sebagai ilustrasi disini.

Overall, bagi kami Sony XPeria P merupakan salah satu alternatif yang dapat dijadikan pilihan sebagai ponsel branded berbasiskan Android yang powerfull namun tetap terjangkau bagi pengguna.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.