Skip to main content

Tentang Rakor ke-8 LPSE Nasional

Melelahkan. Kurang lebih begitu pendapat bathin secara pribadi. Tiga hari melawat ke Jakarta bersama Tim Pelaksana LPSE Badung dengan segudang rencana awal yang kemudian dibuyarkan begitu cepat oleh jadwal dadakan pihak penyelenggara, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik Indonesia LKPP yang kabarnya kali ini bekerja sama dengan sebuah EO Event Organizer demi menghandle banyaknya pekerjaan.

Tidak heran. Mengurusi 513 (semoga tidak salah) utusan dari LPSE seluruh Indonesia yang masing-masingnya mengirimkan minimal 2 hingga 5 orang personel (bahkan kabarnya ada juga yang hingga 7 orang), tentu bukan perkara gampang. Hal ini pernah disampaikan oleh rekan-rekan LKPP saat kegiatan yang sama digelar di Hotel Sanur Paradise, November 2011 lalu.

Yang membuat kami cukup terperangah adalah pola pembagian hotel yang rupanya diatur secara acak. Artinya Rekan kami sesama Tim pelaksana LPSE Badung sudah bisa ditebak berada di lokasi yang berbeda-beda. Saya selaku Sekretaris LPSE Badung berada di Grand Cempaka, Ibu Kepala LPSE di Aston Marina Ancol, dan Pak Made Aryawan Admin PPE kami yang kali ini diundang sebagai Narasumber berada di Novotel Gajah Mada. Penyebaran ini bisa jadi dimaksudkan untuk makin mengakrabkan kami, Tim Pelaksana LPSE seluruh Indonesia, satu dengan lainnya. Minimal untuk menambah wawasan antar daerah.

Namun kelemahan dari pola penyebaran ini adalah sulitnya kami berkoordinasi satu sama lain dalam tim yang sama, terutama terkait sesi diskusi yang harus diikuti, kesimpulan yang dapat kami tarik lalu dipertanyakan kembali hingga hal-hal sepele seperti persiapan untuk pulang.

Rakor ke-8 LPSE Nasional ini cukup unik. Mengingat di sesi awal atau pembukaan, LKPP mengundang seorang praktisi sekaligus akademisi ternama yang telah malang melintang di dunia Linux, Jaringan dan Securitas, Bapak Onno W Purbo. Selama sesi, Beliau banyak bertukar cerita dan membagi pengalaman terkait ancaman serangan, cara pembobolan akun baik email, password hingga kode pengamanan yang lumayan membuat kepala cenat cenut dan was was sendiri akan kondisi ‘nyata’ yang sebenarnya di lapangan.

Jika saja selama sesi pembelajaran Rakor ke-8 LPSE Nasional ini saya mendapatkan rekan sekamar yang sesuai dengan aturan LKPP, saya yakin rasa lelah itu akan makin bertambah mengingat banyaknya hal yang harus dipersiapkan termasuk cara bersosialisasi yang baik atau penyesuaian lingkungan antar suku dan etnis. Bersyukur saya bersua dengan sobat sesama blogger Bali yang memang sudah saya kenal sejak lama. I Gusti Agung Made Wirautama, S.Kom seorang dosen IT sekaligus Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kampus STP Nusa Dua, pemilik blog imadewira.net. Kali ini Beliau hadir sebagai Admin Agency LPSE STP Nusa Dua, satu tugas yang dahulu pernah saya emban.

Maka jadilah selama masa istirahat pasca diskusi panel, bahan obrolan kami tidak jauh dari keluarga, putrinya Nindi serta Mirah dan Intan dua putri saya, hingga ke Adsense, tugas wewenang LPSE dan tentu saja honor atau tunjangan. *uhuk

Ada banyak hal yang kami dapatkan selama sesi diskusi panel berlangsung. Selain kawan baru, pertemuan dengan kawan lama yang pernah saya kenal di Rakor dan TOT atau Train of Trainer sebelumnya, pula bersua dengan orang-orang yang sebetulnya hanya saya kenal di dunia maya saja. Beberapa diantaranya kawan dari LPSE Kabupaten Pati, Trenggalek dan Sumatera Barat.

Tidak hanya itu, pertukaran informasi serta teknologi yang dikembangkan di masing-masing LPSE dengan tujuan untuk mempermudah operasional, pelaporan dan pelayanan pun dapat diserap dengan baik lewat paparan dan diskusi yang kadang berlangsung hingga masa istirahat. Tak lupa guyonan Pak iPep Fitri dari Universitas Diponegoro, seorang instruktur pengadaan barang/jasa yang juga bertugas sebagai Trainer di LPSE Undip, mengocok perut kami selama sesi pembelajaran.

Sementara dari sisi perkembangan LPSE, dalam usia dini LPSE Nasional berhasil meraih penghargaan dari FutureGov Asia Magazine sebagai Winner ‘Technology Leadership 2012’ se-Asia Pasifik. Sedangkan LPSE Badung sendiri masuk dalam daftar 4 besar nominasi Award LPSE kategori ‘User Support Performance’, Peringkat 2 Tingkat Kabupaten untuk jumlah Paket Pengadaan Terbanyak pada Tahun 2012, serta Peringkat 2 Tingkat Kabupaten untuk Nilai Pagu Pengadaan Tertinggi pada Tahun 2012.

Sedangkan perkembangan dari sisi proses sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa pun patut diapresiasi. Jika dahulu masih dilaksanakan dengan cara Konvensional/tertulis, kini sudah dapat dilakukan secara komputerisasi di 27 lokasi se-Indonesia, dan harapan kedepan di tahun 2013, sudah dapat diakomodir melalui sistem online langsung dari lokasi Peserta berada. Dimana proses penilaian tidak lagi membutuhkan waktu lama seperti terdahulu, maksimal 2 jam setelah proses ujian selesai dilakukan, lulus tidaknya peserta sudah dapat diketahui secara langsung.

Lalu, berbicara soal standarisasi prosedur operasional LPSE baik dari segi proses pendaftaran Penyedia, proses pelelangan, hingga pemeliharaan sistem dan aplikasi tentu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan di masing-masing LPSE.

Tak lupa dalam sesi Pemaparan dan Review aplikasi SPSE versi 4.0 dan Spam Kodok rupanya memiliki banyak fitur pembaharuan yang lebih memudahkan penguna atau user sesuai dengan beberapa saran dan masukan yang pernah kami berikan sedari proses Train of Trainer TOT dan konsultasi ke LKPP sebelumnya.

Di hari ketiga kegiatan Rakor ke-8 LPSE Nasional ini, LKPP menggelar parade bersama jalan kaki dari Monumen Nasional (Monas), menuju Bundaran Hotel Indonesia HI lalu kembali lagi menuju Monas dan mendeklarasikan ‘100% e-Procurement untuk Indonesia Bersih dan Sejahtera’. Sesi akhir ini dimeriahkan pula dengan pembagian door prize dan seperti biasa kami tak mendapatkannya satupun. :p

Rakor ke-8 LPSE Nasional kali ini memang benar melelahkan. Bahkan saat tiba dirumah Minggu pukul 22 malam pun rasanya masih belum bisa menghilangkan rasa penat meski tiga bidadari yang disayang sudah menanti. Ditambah dua jam tertidur senin siang di rumah mertua dan istirahat lebih awal malam harinya, mood untuk menuliskan semua laporan, pe er, rencana sosialisasi, pelatihan hingga draft tulisan untuk blog dan Koran Tokoh pun belum jua muncul. Baru pada Selasa siang semua inisiatif tersebut mulai terkumpul satu persatu. Dan tulisan inipun menjadi salah satu pembuktiannya.

Sebetulnya saya pribadi menginginkan suasana Rakor yang terkumpul di satu tempat. Dimana malam pasca diskusi atau sesi sarapan, kami masih bertemu satu sama lain termasuk dengan para kamerad LKPP yang kami hormati. Pak Ikak, Pak Nanang, Pak Arso, Pak Bima dan banyak lagi. Termasuk para artisnya yang tampil di video khusus besutan LKPP dengan tema e-Procurement. Karena suasana inilah yang kelak akan membuat kami selalu terkenang dan bangga bisa bergabung di unit LPSE.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.