Skip to main content

Bersahabat dengan Diabetes

Gag terasa sudah hampir 4 bulan saya dinyatakan mengidap Diabetes. Satu kondisi yang kerap disebut sebagai ‘the Silent Killer’ bagi banyak orang diluaran yang mengalami hal sama. Bisa dikatakan begitu, karena memang saat Gula Darah sedang tinggi-tingginya, hampir gag ada gejala penting yang dapat dilihat sebagai tanda. Berbeda ketika si penderita berada dalam kondisi Gula Darah rendah.

Saya masih ingat, akhir Mei/awal Juni lalu, saat hasil test Lab menyatakan Gula Darah yang tinggi dalam rentang waktu 3 bulan terakhir, cukup mengagetkan tentu saja. Lantaran saya tidak merasakan banyak perubahan dalam tubuh, kecuali penurunan berat badan secara drastis. Ini tidak disadari karena memang saya memutuskan untuk melakukan diet sejak Januari lalu.

Dengan hasil yang menunjukkan angka 12,6 sementara angka rujukan sekitar 6,5 artinya tingkat Gula Darah yang saya alami selama tiga bulan terakhir saat itu berada di ambang batas tinggi. Sangat ajaib saya tidak mengalami ancaman yang cukup membahayakan kesehatan. Kini setelah berjalan hampir 4 bulan, nilai tersebut turun menjadi 6,6. Menggembirakan tentu saja.

Menjalani hidup dengan Diabetes sebenarnya tidak sulit. Asalkan memang kita sebagai penderita mau menyadari kondisi tersebut dan memakluminya.

Dengan menyadari, minimal sebagai penderita bisa sedikit menahan hawa nafsu untuk mencoba dan mencoba, menghabiskan banyak hal yang enak dan nikmat, serta mampu menempatkan mereka pada sisi yang sudah seharusnya diabaikan. Akan menjadi sulit saat kita mulai menginginkannya secara berlebih dari hari ke hari.

Dalam menjalani hidup dengan Diabetes, banyak hal yang saya pelajari didalamnya. Baik melalui buku yang sengaja saya beli, artikel yang secara tak sengaja ditemukan atau langsung dari orang-orang yang sudah mengidapnya sejak lama namun masih tetap bugar dan sehat. Salah satunya adalah mengenai kesadaran tadi.

Ada memang yang mengatakan, jika kita mengidap Diabetes, harusnya mengurangi gula, mengurangi makan nasi, menggantinya dengan kentang, bla bla bla dan lainnya. Demikian pula dengan yang sejenis saat berada dalam kondisi mengidap Tekanan Darah Tinggi misalnya. Tidak disarankan mengkonsumsi makanan berGaram. Apa jadinya ? tentu akan sangat menyiksa. Dan sayapun menentang hal yang satu ini, meski banyak Dokter yang menyarankannya.

Yang menarik dari sejumlah buku dan pendapat orang-orang yang mengidapnya adalah, bukan melarang atau tidak mengkonsumsi, tapi mengurangi. Gula tetap perlu dikonsumsi, apalagi saat kadar Gula Darah terpantau rendah yang diwujudkan dalam kondisi mengeluarkan keringat dingin, gemetar dan pusing. Namun, kadar yang boleh dikonsumsi memang sebaiknya dibatasi. Atau bisa diganti dengan daftar makanan yang kita sukai dan dapat dikonsumsi dalam jumlah yang banyak.

Disamping itu, yang patut diperhatikan pula dalam menjalani keseharian bersama diabetes adalah olahraga. Tidak perat, namun tetap dilakukan secara rutin. Saya sendiri mengambil pilihan yang ringan. Berjalan kaki, secara cepat.
Opsi untuk menggerakkan badan dan berusaha membakar lemak ini saya lakoni setiap pagi pukul 5 dini hari. Rutenya bisa beragam, dari rumah kearah selatan hingga patung Catur Muka, berkeliling lapangan lalu pulang. Bisa juga berbelok kearah timur dan mengelilingi lapangan GOR Ngurah Rai, lalu balik pulang. Atau menyusuri jalan Suli hingga Sarigading.

Adalah Dokter Wira Gotra, yang selama ini banyak membimbing saya untuk selalu optimis dalam menjalani hidup bersama Diabetes. Memang, tak ada jaminan atau kepastian bahwa kita akan sembuh atau lepas sepenuhnya dari penyakit ini, karena itu hal yang patut dijaga ya itu tadi. Mengatur pola makan, mengatur pola hidup dan tentu saja berolahraga.

Banyak yang menyarankan saya untuk meminum obat ini dan itu. Namun jika tetap kita tidak mengindahkan tiga hal tersebut, saya yakin semua usaha akan gagal dengan sendirinya. Sebaliknya, tanpa meminum obat ini dan itu pun, akan tetapi kita mampu menjalankan tiga hal diatas, saya yakin kelak bakalan ada perubahan. Apalagi jika melakukan kedua hal tersebut secara bersamaan.

Diabetes biasanya akan terkait erat dengan yang namanya Kolesterol. Sayapun baru mengetahuinya setelah melakukan test darah tiga bulanan kemarin. Meski sudah ada peningkatan hasil (penurunan nilai) namun tetap kadar LDL yang ada dalam darah saya ini masih berada diatas rata-rata yang disarankan. Dan itu kelak akan menjadi sebuah ancaman jika kita tidak mewaspadainya.

Untuk mengatasi kedua hal ini disamping mengkomsumsi obat yang diberikan oleh Dokter Wira Gotra (Atofar untuk menurunkan kadar LDL kolesterol dan Glumin untuk Diabetes), menjalankan tiga perubahan dalam hidup tadi, sayapun mencoba menjalankan saran yang diberikan seorang Dokter yang juga blogger Cirebon, Dokter Basuki Pramana terkait manfaat Kayu Manis untuk kedua hal tersebut. Kulit kayu manis ini direbus dalam air yang kemudian dikonsumsi pagi sebelum makan dan malam sesudah makan. Meski sedikit pahit, seperti saran Dokter Basuki, anggap saja seperti meminum segelas teh tanpa gula. Dan itu akan terbiasa dengan sendirinya.

Seorang penderita baik Diabetes maupun Kolesterol kabarnya akan melewati fase 12 tahunan dari perubahan kondisi tubuh untuk pertama kalinya ke saat ia diketahui positif mengidapnya. Sayapun mengamini hal ini. Mengingat kegemukan yang terjadi pada tubuh berlangsung sekitar tahun 2000/2001 tepatnya saat memasuki masa penyusunan Skripsi perkuliahan yang memaksa saya untuk memakan segala demi menjaga stamina. Jadi, seandainya masih bisa, waspadai hal ini kedepannya nanti.

Bersahabat dengan Diabetes mungkin menjadi satu hal terbaik dari hidup yang selama ini saya dapatkan. Mengapa saya katakan yang Terbaik ? bukan Terburuk ? karena sejak didiagnosanya kesehatan saya terancam akan ‘the silent killer’ inilah membuat semua pola hidup jadi berubah, baik mulai rajin berolahraga, meluangkan waktu bersama keluarga hingga lebih ‘care’ pada kesehatan kami semua. Semoga ini bisa menjadi awal yang baik.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.