Skip to main content

Tablet Vandroid T2 Android Murah Rasa Lokal

Demam akan sistem operasi si Robot Hijau rasanya sudah kian menjadi. Dikatakan demikian lantaran semakin banyak saja Vendor baik global dan lokal yang merilis perangkat berbasis sistem operasi Android dengan berbagai rentang harga dan kemampuan. Dari High End hingga Entry level atau Pemula.

Jika selama ini kami lebih merekomendasikan perangkat level Menengah sebagai pilihan bagi Kawan yang ingin merasakan bagaimana nikmatnya perangkat mobile berbasis Android, kini kami mencoba untuk hadirkan Tablet Android level bawah yang barangkali dapat menarik minat bagi mereka yang memiliki budget terbatas. Vandroid T2.

Secara dimensi, Tablet Vandroid T2 terlihat tak jauh berbeda dengan Samsung Galaxy Tab #2 7.0 yang tempo hari sempat kami Review, pun dengan list aluminium yang mengitari layar demikian halnya dengan ketebalan perangkat. Hanya jika disandingkan saja bakalan terlihat perbedaan yang mencolok pada keberadaan empat tombol sentuh yang terdapat di sisi bawah layar. Bisa dimaklumi lantaran secara Versi OS yang dipergunakan masih mengadopsi Android 2.3 GingerBread. Uniknya, meski sudah terdapat empat tombol haptic tersebut, terdapat pula list Taskbar disisi atas layar yang memiliki manfaat sama yaitu mengembalikan aktifitas ke halaman awal (home), back serta volume up and down.

Mengusung prosesor berkecepatan tinggi 1 GHz dikombinasikan dengan besaran Memory RAM 512 MB (386 MB shared) rasanya untuk ukuran sebuah Tablet Lokal yang menyasar pangsa pasar Entry Level sudah cukup menjanjikan. Namun entah mengapa, persoalan layar sentuh yang disandang masih menghantui seperti Tablet Lokal lainnya. Membutuhkan dua tiga kali sentuhan yang sama dengan perangkat Samsung Galaxy Tab #2 7.0 untuk mendapatkan Respon atas tindakan yang Kawan inginkan. Bagi yang sudah terbiasa dengan cepatnya akses menu tentu hal ini Jadi sedikit menjengkelkan.

Urusan Storage rasanya Kawan memang harus berpuas diri dengan sedikit keterbatasan space yang disediakan, yaitu 4 GB (3 GB shared) dengan dukungan memory eksternal yang hanya mampu mencapai maksimal 16 GB saja. Keternatasan pula ditemukan pada resolusi kamera yang disandang pada punggung perangkat berkisar 2 MP tanpa lampu LED Flash. Uniknya selain mengadopsi port mini USB sebagai media charger ataupun bertukar data, Vandroid T2 menyediakan pula port mini HDMI disisi yang sama.

Menjanjikan sistem Plug and Play, Vandroid T2 tampaknya tak ingin membebani pengguna yang akan memanfaatkan perangkat Tablet baik sebagai modem ataupun storage penyimpanan data. Ketika perangkat disambungkan ke pc/notebook, dalam waktu singkat segera terdeteksi dengan baik dan perangkat Vandroid T2 pun siap dieksekusi.

Berhubung Vandroid T2 merupakan Tablet Lokal, dilihat dari segi penampilan halaman depan ataupun menu, hampir tak ada inovasi ataupun User Iinterface tambahan yang mampu membedakan perangkat dengan Tablet lainnya. Meski demikian dari beberapa aplikasi bawaan terdapat aplikasi Market tambahan milik vendor yang patut diapresiasi lantaran dapat dimanfaatkan untuk mengunduh ketersediaan aplikasi dan games dengan cara memotong pulsa.

Selain itu saat kami ujicoba pertama kali, terlihat beberapa aplikasi penting sudah berada di halaman menu seperti Documents To Go Viewer, Google +, FaceBook, eBook Reader, Explorer, Yahoo Mail and Messenger pula Flash Player. Yang terakhir kami sebutkan ini tampaknya memang amat jarang disematkan dalam perangkat Android murah, jadi tidaklah salah jika kami kemudian memberi nilai tambah untuk dukungan dan kemampuannya.

Namun belum lengkap rasanya jika perangkat Vandroid T2 belum melakukan test Benchmarking dengan memanfaatkan AnTuTu, hasilnya lumayan. Layar menunjukkan setidaknya terdapat poin sebesar 2394, setengah dari uji yang sama pada perangkat Samsung Galaxy Tab #2 7.0. Hasil ini berada diatas HTC Wildfire dan Hero yang memang memiliki spec teknis dibawah T2. Untuk membuktikannya memang sedikit terasa adanya lag atau jeda saat digunakan untuk memainkan games Angry Birds atau Cut The Rope.

Terlepas dari semua keterbatasan yang kami sebutkan tadi, dengan harga jual dibawah satu juta rupiah, agaknya keberadaan Tablet Vandroid T2 sangat layak dipertimbangkan. Apalagi untuk pangsa pasar Entry Level, T2 bakalan bersaing dengan beberapa Tablet milik IMO dan juga Axioo Pico 7 yang memiliki spec teknis sama namun harga yang sedikit lebih mahal. Setidaknya untuk memenuhi kebutuhan jejaring sosial atau memainkan beberapa games, T2 cukup mampu mengakomodirnya.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.