Skip to main content

Dua Tangis dan Ribuan Tawa Dahlan Iskan

Dengan basic pengalaman dibidang Jurnalistik, kemampuan menulis Pak Dahlan Iskan mantan CEO Jawa Pos yang kini menjabat sebagai Menteri Negara BUMN sebenarnya sudah tidak perlu diragukan. Apalagi secara berkala Beliau rajin menurunkan beberapa pengalaman dan ide dalam pikirannya dalam sebuah tajuk yang diturunkan oleh Jawa Pos halaman pertama. Hingga jika boleh saya memuji, membaca tulisan seorang Dahlan Iskan sama asyiknya ketika membaca Novel Andrea Hirata yang memang menghanyutkan itu.

Sayangnya, buah pikir pak Dahlan Iskan yang dirangkum dalam sebuah Buku ‘Dua Tangis dan Ribuan Tawa’, akan terasa sangat Mubazir untuk dinikmati dalam sekali jalan. Tipe buku seperti ini paling enak jika dinikmati saat senggang, dengan membuka dan merilekskan pikiran sehingga makna atau maksud yang disampaikan dalam setiap tulisan Beliau dapat dicerna dan diingat dalam kurun waktu yang lama.

Sekedar informasi bahwa Buku ini merupakan kumpulan tulisan saat Beliau ditugaskan menjadi Direktur Utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar, yang kemudian bisa dikatakan berhasil dalam mengatasi Byar-Pet-nya Listrik di seantero Indonesia.

Katakan saja tentang Virus Antusias yang menjalar dalam tubuh PLN, CEO Noted #2 rupanya sanggup menjawab semua solusi atas permasalahan-permasalahan yang terjadi berkaitan dengan Krisis Listrik di wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo ataupun Minahasa dan Palu. Begitu pula kisan Pak Ikuten Sinulingga yang berhasil mengatasi Byar-Pet-nya Kota Medan. Termasuk soal CEO Noted yang banyak menginspirasi karyawan PLN dan institusi diluaran.

Begitupun soal larangan Merokok yang diberlakukan secara straight tanpa pandang bulu dengan ancaman Penghapusan Tunjangan Kesehatan, keberhasilan meraih gelar ‘Merketer of the Year 2010 Indonesia serta mengatasi tantangan terbesar dari para Pengusaha dan Rekanan PLN, seakan memberikan semangat pada banyak orang yang sudah kadung apatis dengan kelakuan para pemimpin di negeri ini.

Yang patut dicatat kembali oleh setiap calon Pemimpin di Indonesia berkaca pada Buku ini adalah tekad Pak Dahlan Iskan untuk membuat satu kemajuan pada institusi yang dipimpinnya dengan memanfaatkan Sumber Daya yang cerdas dan memang benar-benar mampu seperti halnya saat menghantarkan kesuksesan pada Group Jawa Pos terdahulu.

Tidak heran jika kemudian Buku ‘Dua Tangis dan Ribuan Tawa’ karya Pak Dahlan Iskan yang diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo bersama Kompas Gramedia ini menyabet National Best Seller serta telah dicetak ulang hingga kali ke-7 pada Januari 2012 lalu.

Belum jua selesai saya membacanya secara penuh, mendadak saja pikiran saya dipenuhi banyak pertanyaan. Salah Satunya adalah ‘apakah ada tipikal Pemimpin Bangsa kita yang bakalan mampu berbuat seperti halnya Pak Dahlan Iskan ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.