Skip to main content

Menunggu UpGrade SPSE 3.5 bagi LPSE Badung

Jika saja boleh dikatakan tentang keberadaan kami LPSE Badung di gedung LKPP Jakarta merupakan salah satu LPSE yang paling cerewet dalam menyampaikan keluhan atau memberikan masukan atas kekurangan-kekurangan Sistem SPSE selama dua tahun ini, barangkali ada benarnya juga. Kunjungan kami sedari tanggal 21 s/d 24 Februari lalu selain untuk melakukan Train of Trainer bagi delapan Anggota baru Tim Pengelola LPSE Tahun 2012, adalah untuk menjaga silaturahmi dan pula penyampaian keluhan serta masukan tadi untuk yang kesekian kalinya. Sampai-sampai kami harus memohon maaf terlebih dahulu kepada para pimpinan disana, agar tak kenal lelah menerima kami baik per telepon, email atau datang langsung pada mereka.

Namun apa yang kami sampaikan baik keluhan atau masukan bukanlah hanya merupakan satu alasan klise agar kami bisa melakukan plesiran ke Jakarta seperti hal berita Detik tempo hari. Tidak kurang ada dua puluh poin yang harus kami sampaikan secara langsung, lantaran jika disampaikan per telepon ataupun email, latar belakang mengapa bisa terjadi permasalahan tersebut barangkali malah bisa blunder, tak dapat dipahami dengan baik. Terbukti, beberapa poin dari pertanyaan kami tersebut kelak akan diakomodir dalam waktu dekat, dan beberapa lainnya akan menjadi bahan pembahasan serta diskusi di LKPP.

Adapun beberapa diantaranya menyasar pada sistem kerja yang dilakukan oleh Admin Agency, posisi dimana saya bertugas terdahulu yang kemudian melakukan satu perubahan besar dari yang dahulunya melibatkan Panitia Pengadaan, kini berganti nama menjadi Unit Layanan Pengadaan. Sudah demikian, terdapat beberapa Bugs yang sangat mengganggu terkait paket lelang e-Proc yang telah diinputkan sejak awal, atau celah keamanan yang mampu kami lakukan untuk membobol Sistem SPSE dari Internal LPSE.

Lain lagi jika permasalahan itu datang dari sudut pandang Panitia atau yang kini disebut dengan ULP tadi. Diantaranya keberadaan PPK yang dahulu sempat tampil di Sistem SPSE kami harapkan bisa tampil kembali di sistem terkini untuk memantau paket Lelang yang diembannya selama berjalannya proses. Demikian pula opsi tambahan apabila terjadi keputusan Lelang Ulang. Pula persoalan Notifikasi atau Pengingat bagi para Panitia Pengadaan/Pokja dalam beraktifitas di halamannya masing-masing. Permasalahan-permasalahan ini ada yang merupakan masukan dari Rekan-rekan ULP yang dahulunya merupakan bagian dari Tim Pengelola LPSE Badung periode 2010/2011 dan juga hasil diskusi atas semua keluhan yang disampaikan kepada kami.

Disamping itu, ada pula terkait Agregasi yang diperuntukkan bagi para Penyedia atau Rekanan LPSE yang menjadi opsi paling besar untuk dipertanyakan mengingat kami, Tim Pengelola LPSE Badung generasi pertama belum mendapatkan suntikan pengetahuan saat sistem di-UpGrade setahun lalu. Baik masa waktu yang dibutuhkan ataupun bagaimana ekses yang ditimbulkan nantinya. Masih di ranah penyedia atau Rekanan LPSE, status Black List yang diperuntukkan bagi yang mbalelo pun kami pertanyakan. Harapannya tentu saja kelak gag akan ada Rekanan atau Penyedia yang berani ‘bermain’ atau ‘mengatur’ lelang seperti halnya proses Konvensional.

Selama empat hari pembelajaran bagi delapan anggota Tim kami yang baru, nyaris tidak ada perubahan ataupun pembaharuan sistem dalam SPSE versi terkini 3.2.5, seperti yang telah digunakan LPSE Badung sejak 10 Februari 2012 lalu. Meski demikian, satu teknologi yang patut kami syukuri rupanya ditanamkan pada jendela Administrator LPSE yang disebut dengan Smart Report. Teknologi ini kelak akan sangat membantu kami dalam membuat laporan pada pimpinan secara cepat, singkat dan tepat terkait sejumlah Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diumumkan melalui halaman LPSE Badung, baik dari segi jumlah, efisiensi biaya yang mampu direkam hingga prosentase Rekanan atau Penyedia Lokal yang turut serta terlibat didalamnya.

Namun di hari ketiga pembelajaran, kami mendapatkan suntikan pengetahuan yang kelak bakalan tampil di Sistem SPSE versi 3.5 menyusul beberapa masukan dan keluhan yang kami sampaikan sebelumnya. Salah satu diantaranya adalah opsi atau fitur yang diberikan bagi Panitia Pengadaan atau yang kini di sebut dengan ULP ataupun Kelompok Kerja/Pokja, untuk melihat Reporting dari keseluruhan cara kerja mereka terkait ‘Siapa mengerjakan Apa’ dalam Paket Pengadaan yang ditangani. Opsi ataupun Fitur ini selain berfungsi untuk mengontrol siapa saja yang aktif dalam penanganan Paket Lelang tersebut (sekaligus melihat siapa yang tidak bekerja :p) dan siapa saja yang melakukan perubahan atas apa yang telah disusun sebelumnya. Terkait hal terakhir, bisa dikatakan bakalan mengakomodir permasalahan yang kami alami tempo hari, tepatnya saat Ketua Pokja tidak mengetahui siapa yang mengubah Jadwal Pengadaan yang telah disusun bahkan sempat pula menduga terjadi lantaran kesalahan sistem. Semoga kedepan saat Reporting ini sudah bisa diakses, semua pertanyaan dan dugaan bakalan bisa jelas terungkap.

Selain itu ada juga penambahan Field atau Kolom baru di jendela Panitia Pengadaan saat mereka mulai menyusun paket Lelang. Field tersebut adalah ‘siapa PPK yang memerintahkan dilelangkannya paket pengadaan tersebut dan Nomor Surat Permohonan yang diajukan’. Terkait ‘Siapa PPKnya, tentu bakalan menyambung pada permasalahan atau masukan yang dijelaskan diatas. Minimal nantinya PPK bisa memantau dan mempelajari proses lelang yang diajukan ke ULP lebih awal, sebelum menerbitkan SPPBJ diakhir Pelelangan.

Ohya, ada juga aktor baru yang kelak akan terlibat dalam Sistem SPSE ini. Namanya Auditor.

Auditor merupakan pelaku yang kelak ditugaskan untuk memeriksa proses Pengadaan sejak awal disusun hingga selesai dilaksanakan. Auditor ini bergerak diluar anggota Tim LPSE lainnya, yang ditunjuk berdasarkan Surat Tugas dari lembaga yang memerintahkannya. Surat Tugas inilah yang kelak menjadi Dasar aktifitas yang bersangkutan di Sistem SPSE LPSE terkait. Hubungan langsung seorang Auditor akan menyasar pada Administrator LPSE yang akan memberikan kuasa penuh sesuai Surat Tugas, baik pemberian UserID dan password serta seberapa jauh seorang Auditor melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah paket Pelelangan. Adapun jendela yang nantinya tampil bagi seorang Auditor kurang lebih sama dengan jendela Panitia Pengadaan ditambah opsi atau fitur tambahan Reporting tadi. Namun mengingat Tugas seorang Auditor adalah memeriksa Proses Pengadaan, tentu saja kelak dibutuhkan pula Seritifikasi bagi yang bersangkutan sebelum melaksanakan tugasnya.

Kira-kira begitu deh penggambaran yang mampu saya berikan terkait proses TOT, pembelajaran dan juga harapan kami akan pembaharuan Sistem SPSE nantinya. Trus kapan yah versi 3.5 itu bisa mulai digunakan ? :p

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.