Jangan pernah lelah untuk Menulis
Kadang kala saya merasa jenuh dengan rutinitas sebagai seorang blogger, side job sebagai Pegawai Negeri Sipil yang mencoba memanfaatkan waktu luang dengan cara yang positif. Bisa jadi karena keasyikan saya yang sudah mulai kelewat batas dengan Gadget dan bau Androidnya. Yah, sejak Maret lalu, untuk pertama kali saya berhasil memiliki dan memegang sebuah perangkat layar sentuh yang ternama, tentu memiliki banyak cerita baru yang rupanya masih berlangsung hingga hari ini.
Sayangnya keasyikan itu malah mendatangkan bumerang yang hebat bagi saya pribadi. Saya yakin ada banyak teman yang sudah menyadarinya bahkan beberapa ada pula yang menginginkan saya untuk kembali menulis dengan baik dan benar sebagai seorang blogger… yang kritis barangkali. Well, sangat susah jadinya.
Menulis sudah menjadi sebuah candu. Pengaruhnya jauh lebih hebat dari semua obat-obatan narkotika yang ada didunia ini. Ada rasa bersalah dan hasrat yang menggebu tiap kali saya melewati hari tanpa menulis sebuah cerita. Mungkin karena yang namanya ide itu selalu berloncatan muncul di kepala. Dari sekian banyak yang kemudian sempat saya catat dalam Memo ponsel, hanya beberapa saja yang mampu sata tuangkan dan selesaikan.
Entah dimana saya pernah membaca sebuah pembenaran atas apa yang terjadi diatas. Bahwa ide yang muncul di kepala manusia, puluhan bahkan mampu ratusan jumlahnya. Namun sayang hanya secuil yang kemudian mampu diwujudkan dengan baik. Demikian halnya dengan ide menulis.
Seorang atasan di kantor pernah bertanya kepada saya, apa tujuanmu Menulis ?
Well, Menulis bagi saya adalah untuk mengasah kemampuan menyampaikan ide dan pemikiran dalam bentuk kata dan kalimat, agar terstruktur dan mudah dipahami oleh pikiran orang lain. Karena yang paling sulit dalam menulis itu adalah ‘mampu dipahami tanpa mengerutkan kening.
Menulis tutorial tips atau cara penggunaan sebuah Gadget atau perangkat Android, bagi saya sama sulitnya dengan menjelaskan alasan mengapa pak polisi di jalan raya itu berdiri di siang hari, mengatur lalu lintas berpanas-panasan kepada MiRah, putri kecil kami yang saya yakin ‘ini merupakan satu pengalaman baru’ baginya.
Isi kepala dan pemahaman setiap orang jelas akan berbeda. Itu sebabnya menulis menjadi sulit lantaran penulis harus mampu menyampaikan pikirannya agar mudah dipahami oleh orang lain yang membacanya.
Menulis yang mendatangkan uang, barangkali baru beberapa bulan ini dilakoni. Perlu waktu lima tahun untuk bisa mewujudkannya. Pemasukan berupa rupiah yang tidak seberapa besarnya, hanyalah menjadi sebuah bonus atas apa yang telah dijalani selama Menulis dan Menulis. Tidak ada yang istimewa atau kekaguman akan mampu mendatangkan jutaan dollar tiap bulannya.
Ohya jadi ingat pula dengan satu cerita novel pendek karya Gola Gong yang didalamnya terdapat pemikiran yang selalu hadir dikepala ketika memulai untuk Menulis. Bahwa ketika kita sudah bertekad untuk menjalani satu profesi yang memang disukai, hal yang kemudian harus dilakukan ya jalani dan lakoni saja. Biarkan saja mengalir, tak usah risau akan apa pendapat orang, karena mereka akan selalu menilainya dari sudut pandang yang berbeda.
Menulis, Menulis dan Menulislah. Jangan terlalu memikirkan apa yang ingin saya sampaikan kali ini. Karena tulisan ini bukanlah satu tema yang terstruktur seperti apa yang saya sebut diatas. Hanya sebuah unek unek yang telah lama terpendam lantaran pekerjaan Menulis tak lagi saya lakoni sebulan terakhir. Jadi ya, lewati saja…
Sebuah keberuntungan dapat membaca tulisan yg dipublikasikan 13 tahun yang lalu ini, dan sial sekali; saya merasakan keresahan yg tertuang, sekarang.
ReplyDelete