Musik Bali dimata saya jujur saja hampir selalu identik dengan kata ‘beli, adi, iluh, demen, tresna atau sakit ati’, yang bisa dikatakan sangat monoton dan nyaris membosankan untuk dinikmati. Terkadang dalam satu saat, saya begitu merindukan beberapa karya lawas musisi senior seperti Bungan Sandat, Kusir Dokar, Jaje Kakne, Sopir Bemo, Jukut Pelecing, yang memang mengambil beberapa tema dan aransemen unik untuk dapat diingat dan dikenal walau telinga baru mendengar beberapa detik musik pembukanya.
Bersyukur masih ada beberapa generasi musisi bali yang walaupun belum sampai pada tahap aransemen musik unik dan mudah diingat seperti yang saya sebut diatas, namun secara tema sudah mulai merambah ke berbagai hal yang barangkali mulai luput dari keseharian dan pergaulan kita.
Salah satunya adalah Namaste. Enam musisi muda dari Kota Gianyar yang kebetulan pada bulan Mei tahun 2010 lalu merilis album Nyama Braya, berselang empat tahun lamanya dari launching album pertama mereka. Satu masa yang panjang untuk kategori musisi. Kalau tidak salah, ada Gus Juli pada Vokal, Dewa Gama dan Gus Eka pada Guitar, Abink pada Bass, Gede Donking pada Drum dan Komang Wedan pada Keyboard.
Dari 12 karya yang disajikan dalam album kedua ini, ada beberapa tema unik yang memang berusaha untuk diangkat. Mejaguran (mesiat/berkelahi antar nyame semeton bali), Bebotoh Paling, Politikus Brengkengan yang naik menjadi Wakil Rakyat hingga Buang Nenggel, satu kisah klasik anak muda dengan tema MBA, Married By Accident.
Melirik pada perjalanan Namaste yang tergolong baru, tepatnya sedari awal tahun 2005, berusaha untuk tetap eksis memang selalu dilakoni. Meluncurkan album pertama Telebang Manah di Balai Budaya Gianyar 4 Agustus tahun 2006 lalu merupakan awal perjalanan Namaste untuk bisa dikenal para penikmat musik Bali.
Album dengan 10 tembang Bali yang salah satunya bertemakan Pekak Playboy tampaknya hampir selalu dinanti oleh para pecinta musik Namaste disetiap pegelaran ataupun konser yang mereka tampilkan. Beberapa tembang seperti Sepilais atau Oh Mini pun hampir selalu dipinta untuk dimainkan.
Jikapun boleh saya berpendapat, mendengarkan beberapa karya mereka, malah mengingatkan saya pada beberapa musisi independen senior seperti Pas Band, atau bahkan beberapa musisi rock barat keluaran lama.
Namaste yang kabarnya bisa diartikan sebagai ‘Sebut Namaku’, kata dari Bahasa Sansekerta, beruntung mampu ikut serta menampilkan salah satu penampilan mereka dalam bentuk klip di media televisi lokal Bali. Padahal yang namanya Dana, bisa dipastikan selalu menjadi hambatan atau tantangan utama untuk bisa terus maju dan berkembang.
Bagi yang ingin mengenal lebih jauh bisa kontak langsung dengan mereka lewat jejaring sosial FaceBook di Halaman Namaste Band, atau lewat email di band_namaste@yahoo.com (masih pake Yahoo ya ? :p ) dan ternyata sang pionir Namaste, Dewa Gama, rupanya berkenan membagikan karya Namaste melalui dunia maya untuk dapat dinikmati lebih luas loh. Silahkan mampir di halaman 4Shared untuk album pertama mereka Telebang Manah dan album kedua Nyama Braya.
Comments
Post a Comment