Skip to main content

Mengapa Samsung Galaxy ACE ?

Dengan banderol harga 2,95 juta ada beberapa pilihan ponsel yang bisa saya dapatkan untuk dibawa pulang. BlackBerry yang dikenal luas dengan fitur Push Email dan BBM-nya menyediakan seri Curve 9300 atau yang lebih dikenal dengan istilah Gemini 3G, Pearl 9100 dan 9105. Dengan sedikit selisih dibawahnya Nokia menyediakan seri C6 yang notabene pula menyediakan input layar sentuh dan thumbboard siliding samping.

Dengan banderol harga 2,95 juta tentu saja saya tidak akan berangan-angan untuk menebusnya dengan dua brand ternama HTC yang menggandeng sistem operasi Windows Phone dan tentu saja si fenomenal iPhone. Perlu kelipatan dua-nya agar salah satu atau keduanya bisa dibawa pulang.

Mengapa Samsung Galaxy ACE ?

Android

Lagi-lagi kharisma robot hijau inilah yang membuat saya jatuh cinta. BlackBerry dengan pembaharuan OS 6 dan Nokia dengan Symbian^3-nya saya rasa tidak memberikan banyak pengalaman baru dalam menggunakannya. Lagipula jika saya tidak berlangganan paket internet tertentu BIS atau BES misalnya, ponsel BlackBerry bisa dikatakan Mubazir untuk dimiliki. Kalopun dipaksakan, biaya berlangganan untuk paket unlimited yang benar-benar unlimited (download, video streaming dsb) bisa dikatakan mahal untuk kantong saya setiap bulannya.

Selain itu diantara semua Sistem Operasi yang bisa saya jangkau dalam rentang harga yang sama, barangkali hanya Android saja yang bagi saya benar-benar memberikan pengalaman baru. Masih ingat dengan Simulator BlackBerry Torch 9800 yang tempo hari saya gunakan ? kecuali fitur BBM, hampir semua fitur lainnya bisa saya coba dan gunakan dengan baik di layar NoteBook walaupun secara fakta saya tidak memilikinya. Demikian halnya dengan Symbian 5th edition dan Symbian^3. Kedua Emulator inipun tidak luput dari usaha saya untuk menjajalnya lewat layar NoteBook. Keterbiasaan inilah yang kemudian membuat saya secara perlahan ilfil dengan ponsel BlackBerry dan juga Nokia.

Lantas Mengapa memilih Samsung Galaxy ACE, bukan Sony Ericsson Xperia X8, X10 Mini, X10 Mini Pro, LG Optimus atau AHA Touch dan Samsung Mini yang pula sama-sama ber-Android namun punya banderol setengahnya ?

Well, membeli sebuah ponsel ber-sistem operasi Android yang notabene membuatnya menjadi sebuah ponsel pintar, sama halnya dengan membeli layanan pula dukungan aplikasi selama penggunaan. Sejauh ini Sony Ericsson lewat tiga rilis ponsel Xperia X8, X10 Mini dan X10 Mini Pro, saya baca hanya mendukung Android hingga versi 2.1 EcLair yang artinya ada beberapa teknologi yang belum bisa dijajal atau dimanfaatkan.

Sedangkan terkait penggunaan Android 2.2 Froyo pada beberapa rilis ponsel kisaran harga 1,5 jutaan saya rasa gag asyik jika harus berhadapan dengan lag atau jeda saat mengakses beberapa aplikasi yang ada didalamnya. Ini terkait langsung dengan kecepatan Prosesor yang disematkan dalam tubuh ponsel dan juga dukungan grafis jikapun ada.

Diantara semua pilihan ponsel ber-Android rentang harga 1,5 hingga 3 juta sebenarnya LG Optimus One bisa dijadikan salah satu alternatif pertama mengingat secara fitur tidak berbeda jauh dengan Samsung ACE dan sudah bisa dibawa pulang dengan harga 2,3 juta saja. Penurunan harga ini sebagai imbas dari diluncurkannya Samsung Mini yang sudah mengadopsi Android 2.2 Froyo serta dibanderol sekitar 1,6 juta saja. Bahkan kabarnya dalam promo hanya ditawarkan sekitar 1,3 juta. Menarik bukan ?

Pendapat Istri saya ada benarnya juga. Jika ingin memilih sebuah ponsel pintar berlayar sentuh, kenapa gag sekalian saja yang berpenampilan mutakhir namun tetap dapat dijangkau secara budget. Samsung Galaxy ACE yang akhirnya saya pilih ini untuk sementara waktu masih berada di angka 2,95 juta, namun saya yakin dalam waktu dua tiga bulan mendatang, harganya bakalan masuk ke tingkatan stabil. Jadi, mengapa tidak ?

Pembenaran Sepihak

Barangkali jika Rekan-rekan yang berkunjung kemari dan membaca Opini saya diatas, bakalan menganggap ‘ah ini kan hanya sekedar Pembenaran Sepihak saja.’ Pendapat Itu Benar, karena bagaimanapun juga saya tetap harus bersyukur dan merasa bangga atas pencapaian saya kali ini. Meskipun bukan sebuah perangkat yang fenomenal seperti iPhone 4 misalkan.

Trus, bagaimana Kesan-kesan Penggunaannya ? Tunggu di tulisan berikutnya ya.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.