Skip to main content

Playboy Magazine, antara Porno atau Nilai Seni ?

Apa yang terlintas di benak Anda ketika saya menyebutkan dua kata kunci yang kabarnya mampu menurunkan sekompi pasukan Front Pembela Islam beberapa waktu lalu ?

“ Playboy Magazine “

Sebutan yang kurang lebih bermakna sama dengan Majalah Playboy (versi Indonesia) ini, benar-benar diidentikkan dengan majalah porno, mesum hingga tak sejalan dengan norma agama bangsa kita Indonesia. Walaupun ada sebagian kecil pendapat yang menyatakan bahwa ‘itu adalah sebuah karya seni yang diakui Dunia’. Wah, mana yang benar nih ?

Bagi saya sih ya bergantung pada pola pikir si pembaca saja kok. Kalo sedari awal memang sudah meyakini bahwa Playboy Magazine atau Majalah Playboy ini isinya full porno, buka-bukaan vulgar, atau gambar wanita telanjang ya saya yakin otakpun bakalan langsung terlintas adegan mesum kendati halaman yang pertama dibuka menyajikan iklan sebuah kendaraan keluaran terkini atau bahkan gambar sebuah botol minuman, sambil tak sabar terus membuka halaman satu persatu secara cepat hingga menemukan apa yang terpikirkan. ‘nah, benar kan apa yang saya katakan ?’ ujar si otak. Hehehe…

Menyimak perkembangannya dari beberapa tahun edisi yang saya dapatkan, terlihat jelas perbedaan kualitas gambar, penampilan majalah hingga penampilan wanitanya tentu saja. Bayangkan, dari tahun 1978 hingga tahun 2011 saya nikmati satu persatu meski tidak semua.

Memang saya akui bahwa dalam beberapa halaman di setiap edisi Playboy Magazine ini, jelas terdapat pose ataupun gambar telanjang para wanita yang mengundang jatuh air liur setiap pria normal di belahan dunia manapun. Namun informasi yang tertuang dalam sekian banyak halaman lainnya tak melulu soal pornografi dan seisinya. Seperti juga majalah dewasa lainnya, informasi seputar hobby ataupun kemaniakan para pria normal terhadap benda diluar wanitapun ada tertampil dalam layout yang memikat. Mencirikan  khas majalah luar, bathin saya. Jika masih bingung dengan bagaimana tampilannya tanpa ingin melihatnya langsung, bayangkan saja majalah lokal seperti Popular, Tempo ataupun RollingStones.

Benda yang saya maksudkan disini berupa mobil mewah gres keluaran brand ternama, motor besar, gadget, ponsel hingga asesoris seperti kacamata ataupun Tuxedo. Bagi yang belum masuk terlalu dalam ke seisi majalah, barangkali malah berpendapat sebaliknya ‘masa sih majalah Playboy edisi USA isinya hanya kaya’gini ?’ saya berani Taruhan loh.

Maka, seperti halnya puluhan majalah bertema khusus lainnya seperti M2 atau Cinemagz yang menjual informasi tentang film, Hai tentang Remaja atau bahkan Tempo yang menjual soal Politik, Hukum dan sebagainya, PlayBoy Magazine pun demikian. Hanya saja memang topic atau bahkan gambar pendukung yang berupa pose wanita telanjang bisa dikatakan sangat jarang kita saksikan di negeri sendiri secara langsung atau bahkan dianggap melanggar norma-norma kesusilaan. Meski sedari tampilan gambar dan halaman bagi saya malahan mampu mengundang decak kagum atas cara pengambilan angle, obyek hingga rasanya sayang jika isi majalah langsung habis ditelan dalam hitungan menit. Musti dicermati dan dinikmati dulu.

Seperti kalimat saya diatas, ya kembali pada pikiran si pembaca saja kok. Kalo memang sedari awal sudah beranggapan bahwa majalah Playboy atau diluar dikenal dengan sebutan Playboy Magazine merupakan majalah yang biasa-biasa saja seperti tag blog saya diatas, ya gag banyak emosi kok yang terasa. Kalopun kemudian mata disuguhkan pose wanita sexy nan menantang ya anggap saja itu semua sebagai Bonus atas kebosanan yang ada dari halaman pertama. Itu saja.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.