Skip to main content

Menuju Pelatihan Perdana SPSE oleh Tim LPSE Badung

Akhirnya jadi juga, begitu bathin kami Senin pagi 8 November 2010 lalu. Meskipun sempat diundur seminggu dari rencana awalnya, pelatihan perdana yang diadakan oleh Tim LPSE Badungpun mulai dilaksanakan. Hal ini tentu saja menjadi surprise kecil bagi kami, yang selama dua bulan terakhir hampir selalu digedor degup jantungnya, diburu target untuk segera melakukan Launching meskipun dengan amunisi yang bisa dikatakan sangat minim.

Mengapa saya katakan demikian ? jangankan untuk launching yang biasanya lekat dengan acara seremonial atau kunjungan, hanya untuk bisa melaksanakan sosialisasi pelatihan saja, kami masih merasa kurang yakin bahwa sistem yang kami sebut dengan SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) dapat berfungsi dengan baik mengingat beberapa item yang sekiranya dianggap penting belum kami miliki.

Katakanlah Genset. Untuk mengantisipasi pemadaman listrik secara tiba-tiba pada sistem, tentu saja kami sangat memerlukan benda yang satu ini. Apalagi sistem dituntut agar dapat diakses selama 24 jam penuh. Ketiadaan Genset tentu saja ditenggarai mampu mengkikis daya tahan Server sedikit demi sedikit.

Koneksi. Dengan kecepatan akses 128 kbps untuk aktifitas upload dan download data, tentu saja tidak disarankan untuk digunakan dalam menjalankan sistem SPSE. Hal ini berkaitan dengan banyaknya dokumen yang kelak dikirimkan oleh Penyedia Barang dan Jasa sebagai tahap awal berfungsinya lembaga LPSE. Bandingkan saja dengan koneksi yang digunakan LPSE Propinsi yang sudah mencapai kecepatan 4 MBps atau Jawa Barat yang mencapai 8 MBps.

Ruangan. Untuk dapat beraktifitas secara normal sebagai lembaga LPSE, kami tentu saja membutuhkan gedung atau minimal ruangan yang layak pakai untuk bekerja atau melatih tenaga sumber daya yang kami miliki sesuai dengan Tugas yang dibebankan pada kami. LPSE Badung sejauh ini diberi fasilitas sebuah gedung lama yang sudah tak terpakai lagi, disebelah selatan Wantilan PusPem Badung lama. Dahulunya gedung ini digunakan oleh KPDE dan Pemberdayaan Perempuan. Berhubung keduanya telah pindah ke gedung baru per bulan April 2010, praktis baik gedung dan tentu saja ruangan-ruangan yang ada didalamnya tak dihuni dan terawat lagi. Maka tugas kami paling pertama saat ini adalah berusaha menyulap penampilan gedung agar bisa lebih layak huni dan paling tidak mencerminkan sebuah Gedung yang siap menerima tugas apapun itu.

Disamping itu, status kami masing-masing pula yang menyebabkan sedikit amburadulnya rencana kerja yang telah disusun jauh sebelumnya. Meski sudah mengantongi Surat Tugas selama proses berlangsung, tentu kami tidak dapat meninggalkan tugas dan tanggung jawab kami masing-masing begitu saja di lingkungan dimana status resmi kami berada. Mungkin itu pula yang kemudian memaksa kami (demikian pula halnya saya), berusaha untuk meluangkan waktu dirumah untuk mengerjakan tugas-tugas yang seharusnya dapat kami selesaikan. Saya pribadi bahkan memutuskan untuk menolak dua pekerjaan sampingan yang sedianya dahulu bisa saya ambil di luar jam kantor.

Kembali pada Pelatihan Perdana aplikasi SPSE oleh Tim LPSE Badung yang dimulai pada hari Senin, 8 November 2010, tanpa seremonial ataupun kunjungan dari pejabat berwenang. Semua berjalan seperti yang kami harapkan, tanpa publikasi dan gembar gembor berlebihan.

Sebagai tahap awal kami melatih sekitar 37 orang Admin PPK (tenaga yang kelak akan menjadi perpanjangan tangan PPK -Pejabat Pembuat Komitmen yang notabene dijabat oleh Eselon setingkat Kepala Dinas-) dan sekitar 80 orang Panitia Pengadaan yang dikirim oleh masing-masing SKPD di lingkungan Kabupaten Badung.

Lantaran pelatihan penggunaan aplikasi SPSE ini adalah yang perdana bagi kami, bisa ditebak pada beberapa hari pertama kami mendapatkan banyak cobaan hingga kelimpungan akan konsep gambaran awal cara melatih tenaga sesuai dengan tugas dan wewenang yang mereka dapatkan. Evaluasi pun kami lakukan secara bertahap setiap kali usai sesi Pelatihan.

Untuk Admin PPK misalkan. Agar semua tenaga bisa ikut serta belajar mencoba dan terlibat didalamnya, saya selaku Admin Agency berinisiatif membuatkan User ID lengkap beserta Password yang disesuaikan dengan SKPD atau Badan atau Kantor tempat mereka beraktifitas. Lain lagi dengan saat melatih tenaga Panitia. Baru pada akhir sesi kedua, kami baru bisa merumuskan satu ide baru untuk kemudian diterapkan dalam sesi-sesi berikutnya. Tujuannya tetap satu, agar semua tenaga yang kami latih dapat ikut terlibat dan mencoba sistem step by step sesuai dengan arahan dari kami.

Tidak mudah memang. Diperlukan banyak waktu luang dan kesabaran agar semua proses dapat dijalankan dengan baik. Yah, do’akan saja, agar kami bisa melewatinya hingga 2 Desember mendatang.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.