Skip to main content

Nokia C3 QWERTY Murah yang Tidak Murahan

Tampaknya Nokia sebagai salah satu vendor ponsel terkemuka di Indonesia mulai gerah dengan booming ponsel lokal berkeypad QWERTY yang sejatinya diprakarsai oleh vendor BlackBerry. Meski demikian, Nokia bukanlah pendatang baru untuk pangsa pasar ponsel QWERTY. Dibuktikan dengan perilisan Nokia E61 dan E61i beberapa tahun lalu, diikuti oleh seri E71, E63 dan E72 yang dikenal dengan tombol navigasi trackpad.

Sayangnya kelima seri tersebut tampaknya belum mampu menjangkau pasar konsumen Indonesia yang sudah kadung terbuai dengan harga nominal sejutaan. Nominal yang rendah plus fitur yang beragam seperti tv tuner, dual kamera atau bahkan eksternal memory card. Selain ponsel lokal dan China, kesempatan ini baru bisa dijangkau oleh vendor sekelas LG dan Samsung saja.

Maka itu, Nokia C3 sejatinya dirilis untuk masuk kedalam pangsa pasar sejutaan ini dengan konsekuensi pengurangan beberapa fitur yang pernah mengisi Nokia seri E terdahulu. Diantaranya sistem operasi Symbian 60 dan tentu saja jaringan koneksi 3G. Dilepas dalam kisaran harga 1,1 juta yang bahkan saat promo terdahulu Nokia hanya mematok harga 800ribuan untuk bisa menebus ponsel ini dibawa pulang. Meski demikian murahnya, Nokia C3 bukanlah sebuah ponsel murahan yang barangkali malah menurunkan gengsi pemakainya.

Ditilik dari dimensi, Nokia C3 tidak begitu jauh berbeda dengan ponsel batangan Nokia lainnya, hanya sedikit lebar saja. Dibandingkan dengan ponsel Motorola Q cdma yang saya review sebelumnya atau bahkan perangkat BlackBerry, Nokia C3 jelas lebih kompak dan masih nyaman untuk digenggam dengan satu tangan atau dimasukkan ke saku kemeja.

Ada sedikit kekhawatiran bagi yang memiliki tangan dan jari besar ketika melihat bentuknya yang mudah digenggam, yaitu kenyamanan akses keypad yang sangat rapat tanpa jeda sedikitpun. Maka bersyukurlah pada struktur keypad yang dibuat sedikit menonjol, sungguh jauh lebih memudahkan bagi mereka yang memiliki jari besar.

Untuk pengoperasiannya, Nokia C3 mengandalkan Symbian 40 yang artinya hanya dapat didukung dengan aplikasi berformat java saja. Untuk mengakses menu sedikit banyak memiliki kemiripan dengan akses menu Nokia QWERTY Seri E, jadi bagi yang sudah kadung familiar saya rasa tidak akan menemui banyak kendala dalam penggunaannya.

Yang menarik adalah fitur kamera yang disematkan pada punggung ponsel ini. Meski menggunakan resolusi standar ponsel masa kini, Nokia menyediakan beberapa pilihan efek (sephia, negative, grayscale), self timer hingga pilihan untuk menon-aktifkan suara shutter saat mengambil gambar. Yang artinya, kamera dapat digunakan untuk mengambil gambar secara diam-diam. *PapaRATzzi mode ON. :p Sayangnya tak satupun tombol yang tersedia di sisi samping ponsel dapat digunakan sebagai tombol shutter seperti halnya ponsel Nokia berkamera lainnya. Jadi pengguna tetap harus menggunakan tombol navigasi untuk mengeksekusi gambar. Tambahan lainnya dari Nokia adalah disediakannya Timeline, dimana foto-foto yang dihasilkan dapat dilihat berdasarkan tanggal pengambilan gambar. Ini jelas akan memudahkan pengguna untuk mengingat kapan dan dalam momen apa foto tersebut diambil.

Dalam paket penjualannya, Nokia C3 tidak disertai dengan kartu memori eksternal, ini sangat disayangkan karena puluhan ponsel lokal lainnya meski dengan harga 500ribuan sekalipun, masih berkenan memberikan bonus memory tambahan sebesar 1 GB. Namun kalau hanya untuk penggunaan normal, memory internal sebesar 55 MB saya rasa sudah cukup untuk menyimpan beberapa nada dering, tema dan gambar. Untuk mengakses kartu memory, pengguna tidak harus membuka batere ponsel, jelas itu akan sangat memudahkan.

Nokia C3, ponsel QWERTY murah yang tidak murahan. Sekali lagi ini saya tekankan kembali mengingat dua hal mengagumkan yang disematkan secara built oleh Nokia. Pertama terkait koneksi data yang tidak hanya mengandalkan GPRS dan Bluetooth saja tapi juga Wlan atau yang dikenal dengan Wifi. Kedua terkait aplikasi FaceBook dan Twitter yang terintegrasi dalam icon Communities. Adapun aplikasi tersebut bukanlah berfungsi hanya sebagai sebuah launcher atau shortcut menuju halaman jejaring sosial yang fenomenal seperti halnya ponsel lokal atau China bahkan beberapa vendor lainnya, namun benar-benar berfungsi sebagai sebuah aplikasi dalam arti sebenarnya. Bahkan didalamnya terdapat fitur upload foto yang dapat diambil melalui galeri (gambar yang sudah tersedia) dan kamera (mobile upload seperti halnya fitur dalam perangkat BlackBerry atau Android). Mengagumkan bukan ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.