Skip to main content

Kriteria Pemilihan Keris Koleksi Neka Art Museum

Tulisan berikut diambil dari Makalah Diskusi Ilmiah ‘Keris dalam Perspektif Permuseuman’ oleh Pande Wayan Suteja Neka yang diselenggarakan di Surakarta 17-18 November 2009 lalu. Adapun tujuan diturunkannya tulisan berikut adalah sebagai tambahan pembelajaran Rencana DharmaWacana tentang Keris dan Bhisama Pande di Museum ‘Keris’ Neka Sanggingan Ubud Gianyar pada tanggal 15 Agustus 2010 nanti.

* * *

Di dalam kegiatan pemilihan karya-karya keris di Neka Art Museum, Pande Wayan Suteja Neka dibantu seorang kurator keris KRHT Sukoyo Hadi Nagoro. Disamping itu untuk pemilihannya sendiri didasari oleh beberapa aspek penting (dibedakan menurut keris tangguh/sepuh dengan Kamardikan) antara lain :

A.  Pemilihan Keris tangguh sepuh/tua

Aspek Fisik Keris yang berkaitan dengan :

  1. Kondisi keris yang masih utuh (kerusakan kurang dan 5%) dan original bahwa karya tersebut belum pernah di perbaharui (disethek)
  2. Bahan, bilah keris dan kelengkapannya dibuat dan bahan pilihan misalnya bagian hulu, warangka dan kelengkapannya dibuat dari bahan kayu berserat pilihan, dari gading yang utuh dan berwarna cerah atau logam pilihan seperti emas dan perak. Bilah kerisnya dibuat dan bahan besi, baja pilihan (karangkijang, pulosani, mangangkang) serta pamornya dibuat dari bahan nikel berkualitas bagus atau bahan batu meteorit
  3. Pamor, gambaran motif pamor pada permukaan bilah kerisnya sesuai dengan motif pamor yang baku (tidak nerjang landep, tidak kandas wojo, tidak putus motifnya). Pancaran warna pamornya tampak terang dan merata (ndeling, Bali)
  4. Garap/teknis, bilah keris dan kelengkapannya dibuat dengan detail garap yang memenuhi kaidah-kaidah baku dalam dunia perkerisan (pakem). Pola garapnya lungit (rumit), detail, bersih dan memiliki greget (kesan spirit hidup)
  5. Ukuran bilah sesuai dengan standar bilah yang baku. Ukuran keris telah ditentukan berdasarkan perhitungan-perhituangan yang khusus yang telah dibakukan. (Perhitungan keris terkadang tidak matematis namun lebih menekankan gaya/tangguh serta disesuaikan pada sifat dan anatomis pemiliknya)

Aspek Non Fisik Keris yang berkaitan dengan :

  1. Wangun dalam bahasa Bali kekuwub, yaitu nilai keselarasan, keindahan, keharmonisan dan keluwesan dari kerisnya
  2. Greget, merupakan suatu kesan yang membangkitkan emosi positif pemilik/seseorang yang mengamati karya seni termasuk keris
  3. Wingit, kesan wibawa dari sebuah keris yang berpengaruh positif terhadap pemiliknya/orang lain
  4. Guwoya, kesan perbawa (aura) dari keris itu sendiri
  5. Teknik pembuatan, keris yang dibuat dengan teknologi yang tinggi, unik dan spesifik merupakan salah satu kriteria yang menentukan, misalnya keris pijetan, keris dengan berbagai ragam motif pamor, kerumitan garap, tinatah emas dll

Aspek Historis Keris yang berkaitan dengan :

  1. Memiliki data sejarah yang jelas untuk memberikan kemudahan dalam proses pendataan dan edukasinya
  2. Tangguh, bahwa keris yang dipilih memiliki kriteria tangguh dan gaya yang jelas. Bahwa keris tersebut mewakili kriteria tangguh/gaya tertentu sehingga dapat memberikan kemudahan pendugaan asal dan umur keris tersebut dibuat
  3. Sepuh, bahwa keris tersebut benar-benar dibuat dari zaman dahulu dan bukan merupakan keris yang diproses menjadi terkesan tua

B.  Pemilihan Keris Kamardikan/keris buatan baru

Aspek Fisik Keris yang berkaitan dengan :

  1. Keris dibuat secara teknis (garap) dengan kualitas bentuk, ketelitian dan kehalusan yang baik
  2. Apabila berupa keris putran (tiruan) sesuai dengan pakem yang berlaku dan apabila merupakan keris kreasi baru, harus memiliki dasar konsep yang jelas
  3. Keris, baik bilah, hulu, warangka dan kelengkapanya dibuat dari bahan pilihan yang berkualitas bagus.

Aspek Non Fisik Keris yang berkaitan dengan :

  1. Karya keris baik bilah, hulu, warangka dan kelengkapannya memiliki identitas pembuat yang jelas
  2. Merupakan keris-keris berprestasi dalam kegiatan kompetisi atau festival keris dalam tingkat daerah atau tingkat nasional
  3. Merupakan keris hasil penelitian dan pengkajian keilmuan

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pangan,