Ternyata yang namanya kabar burung itu benar. Kabar tentang makin disudutkannya salah satu jejaring sosial yang kini makin digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Pemicunya kalo gak salah kasus sepasang remaja, dimana sang pujaan melarikan gadis dibawah umur dengan iming-iming akan dinikahi dan secara kebetulan arena pertemuan mereka berawal dari FaceBook. Ada juga yang mengatakan bahwa FaceBook itu hanyalah membuat malas para Pegawai termasuk Pegawai Negeri Sipil tentu saja atau membuat bodoh para siswa. Hey, ngomong-ngomong kita masih berada dijaman batu ya ?
Secara pribadi saya siy Cuma bisa mangkel aja kalo sampe kelak FaceBook di-blokir oleh negara hanya gara-gara kejadian kayak gitu. Cuma bisa senyum sinis lantaran mereka kini mulai makin semena-mena menyudutkan satu teknologi yang barangkali kalo mau dilihat jauh lebih jernih, sebenarnya bisa memberikan efek positif pada diri sendiri ataupun lingkungan. Sejauh mereka memahami fungsi keberadaan FaceBook serta tata krama atau sopan santun dalam dunia maya.
Banyak orang mengklaim bahwa diri mereka sudah menguasai yang namanya internet, tapi mereka tidak tahu kalau ketika mereka mengungkapkan sesuatu dalam huruf besar (kapital) dapat diartikan sebagai berteriak atau membentak oleh orang lain. Ada juga yang kerap salah paham atau salah mengartikan mana yang dinamakan alamat email, mana yang alamat web atau blog. Lantas apakah kalau seumpama yang masuk dalam kategori ini terjerembab keranah hukum lantaran beraktifitas di dunia maya, haruskan dunia maya itu yang dikambinghitamkan ?
FaceBook saya rasa keberadaannya sama saja dengan berbagai tawaran menarik yang tersaji baik didunia maya ataupun dunia nyata. Seperti friendster dan berbagai jejaring sosial lainnya, tempat kongkow atau nongrong bareng saat weekend bahkan sebuah bale banjar sekalipun. Adalah tempat berkumpulnya berbagai jenis dan tipe manusia sebagai makhluk sosial yang memanfaatkan tempat tersebut untuk berinteraksi satu sama lainnya, dengan berbagai macam kepentingan dan tujuan.
Apabila lantas satu dua orang yang kebetulan ada ditempat tersebut melakukan hal-hal yang tidak pantas dengan norma kesusilaan atau beberapa orang yang kemudian berkumpul untuk melakukan aksi tertentu (menonton film porno, minum-minuman keras, dsb), jangan langsung menganggap bahwa tempat tersebut harus dilarang, bukankah masih banyak orang yang barangkali masih tetap berusaha berada pada jalurnya dan memanfaatkan tempat tersebut untuk tujuan positif ?
Kalaupun ingin memberantas tikus, jangan membakar lumbung padinya. Begitu kira-kira kata orang.
Kembali ke topik, sesungguhnya bukan hanya FaceBook yang dapat berpotensi mengakibatkan satu kondisi negatif pada penggunanya dan itu harus kita sadari secara jernih. Bahwa jika sampai FaceBook kemudian di-blokir atau semacamnya, akan banyak orang yang merasa dikecewakan, lantaran apa yang mereka lakukan disalah satu jejaring sisial ini masih tetap berada pada jalur kebenaran.
Bukan tidak mungkin kelak akan bermunculan sarana-sarana baru yang sekiranya bakalan dimanfaatkan untuk berbuat asusila atau tidak sesuai norma, karena yang namanya pemikiran dan pengetahuan manusia itu selalu berusaha untuk menembus larangan atau aturan itu sendiri. Kalo sudah begitu, apakah semuanya bakal diblokir kembali ?
Kembali saja ke jaman Batu
Comments
Post a Comment