Skip to main content

Need For Speed Undercover… and it’s DONE

…akhirnya… selesai juga misi yang diemban sepanjang permainan atau games balap mobil ‘Need For Speed Undercover’ dalam waktu yang cukup singkat. Hanya satu bulan. Satu kejutan tentu saja, mengingat ini pertama kalinya saya mencoba memainkan genre balap mobil.

Merunut jalan cerita, konflik paling menegangkan terjadi saat menjalankan misi ‘menjatuhkan (baca : membunuh) lawan dengan menggunakan mobil. Aksi kejar-kejaran serta adegan menabrakkan diri pada kendaraan lawan mengingatkan saya pada sebuah misi serupa pada games Grand Theft Auto ‘Vice City’. Hal tersulit adalah ketika melakukan misi serupa terhadap sang musuh utama yang ternyata adalah ‘si pemberi pekerjaan. Sound’s familiar. Hehehe…

Tertangkapnya pelaku terakhir memerlukan waktu yang tidak sedikit mengingat akal bulus yang selalu mengarahkan laju kendaraan ke sekitar stadion yang memiliki dua jalur jalan sebidang, atas dan bawah. Kendalanya adalah apabila kita terlalu jauh dari target, melewati batas waktu yang ditentukan, misi otomatis dibatalkan. Artinya mengulang lagi sedari awal.

Yang perlu dicermati adalah penggunaan kendaraan untuk melakukan pengejaran dan pembunuhan. Perlu diketahui bahwa kendaraan yang digunakan lawan adalah BMW M6, sehingga untuk dapat mengejar ketertinggalan laju minimal kendaraan yang digunakan setara atau malah jauh lebih powerfull. Namun, walaupun kendaraan yang digunakan sudah sekelas Bugatti Veyron 16.4 yang notabene memiliki power tertinggi setelah di-upgrade, tidak semudah yang dibayangkan rupanya. Karena kecepatan yang tinggi bakalan mubazir ketika melaju pada stadion yang memiliki track pendek dan memutar.

Cerita berakhir ketika sang pemberi pekerjaan ini tertangkap oleh polisi dan (tentu saja) kita dibebaskan dari segala tuduhan. Sayang, gadget yang sebelumnya dapat digunakan untuk menunjukkan GPS Map (T-Mobile Sidekick) sebagai petunjuk ‘tugas’ yang bisa diambil sembari menjalankan misi (Sprint, Outrun, Cost to State, Highway Battle dll), ditahan oleh polisi sebagai barang bukti. Sehingga pasca cerita berakhir untuk dapat menjalani ‘tugas’ sampingan ini kita hanya bisa mengandalkan apa yang tersaji pada layar, disesuaikan dengan lokasi terdekat.

Sejauh ini apa yang dijalani sepanjang permainan bisa dikatakan sangat mengasyikkan, apalagi ketika menguji kendaraan tertentu yang telah di-upgrade kemampuannya ke tingkat paling powerfull. Sayang, mungkin karena tidak ada lagi tantangan yang bisa dijalani, rasa bosan pun saya alami setiap kali saya mencoba ‘Need For Speed Undercover’ sedari awal lagi. Mungkin sudah saatnya mencoba games lain. ‘Need For Speed SHIFT’ barangkali ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.