Sejatinya Motorola bukanlah pendatang baru dikancah persaingan ponsel gembul berkeypad QWERTY, karena seri Q9 ini sudah dirilis jauh sebelum histeria akan BlackBerry meledak di negeri ini. Tepatnya bulan Februari 2007 hampir berbarengan dengan diluncurkannya ponsel sejenis milik Nokia yaitu seri E61i.
Ponsel yang mengadopsi sistem operasi Windows Mobile 6.1 Standar Edition versi Smartphone ini merupakan lanjutan dari seri sebelumnya Q8 yang lebih menyerupai ponsel terkini milik Nokia yaitu E71, lengkap dengan wrist arms yang biasanya dihadirkan pada sebuah piranti keyboard pada PC. Meskipun dirilis sudah hampir tiga tahun lalu namun ponsel milik Motorola ini masih layak ikut bersaing mencuri pasar ponsel berkeypad QWERTY yang telah dipenuhi oleh vendor lokal.
Tak banyak fitur yang ditawarkan. Koneksi 3G HSDPA, koneksi nirkabel Bluetooth dan kamera 2 megapixel dengan flash dan tentu saja tambahan memory eksternal. Tanpa layar sentuh, tanpa kehadiran WiFi ataupun fitur navigasi. Meski demikian, layar horisontalnya sudah mengadopsi landscape standar 320×240 pixel, MP3 ringtone dan Java Manager.
Terkait format ringtone ini, tidak lagi harus menggunakan format WMA yang merupakan format standar sistem operasi Windows Mobile, namun agar bisa digunakan sebagai nada panggil, aturannya tetap sama yakni meletakkan file audio pada folder C:\Applications Data\Sound. Yang artinya apabila file audio yang diinginkan untuk menjadi nada panggil masih dalam durasi utuh sebuah lagu, maka ukuran filenya akan memberatkan memori internal yang disediakan.
Java Manager adalah aplikasi tambahan yang digunakan untuk mengeksekusi aplikasi dan games dalam format Java. Berbeda dengan seri sebelumnya Q8, seri ini sudah mengadopsinya secara default, itu artinya pengguna dapat memanfaatkan aplikasi tambahan dari pihak ketiga sesuai kebutuhan yang diinginkan. Yang menarik, pada menu sudah terdapat shortcut khusus untuk menuju fungsi Bluetooth, sehingga pengguna tak lagi direpotkan dengan jalur resmi yang biasanya digunakan.
Saat ini hampir semua ponsel berkeypad QWERTY identik dengan fitur koneksi internet, browser, chatting hingga jejaring sosial seperti FaceBook. Meski ponsel sudah mengadopsi browser Opera sebagai alternatif selain browser bawaan, tak satupun terlihat shortcut yang menuju aplikasi chatting ataupun jejaring sosial. Yang artinya pengguna diwajibkan mengunduhnya sendiri dari pihak penyedia untuk mendapatkan fitur yang diinginkan.
Terkait form factor yang sudah mengadopsi keypad QWERTY, penggunaan keypad ini sedikit berbeda dengan ponsel sejenis, diperlukan sedikit penyesuaian termasuk dalam mengakses kedua tombol softkey, karena selain tombol navigasi, dua tombol panggil/end, dan dua tombol softkey tersebut, masih terdapat empat tombol shortcut yang disediakan yakni Browser, Home, Clear/Back dan Messaging.
Tawaran yang paling menarik adalah Documents to Go yang menyajikan aplikasi standar Office seperti Word, Excel dan PowerPoint, tidak hanya berfungsi sebagai viewer tapi juga editing. Satu hal baru mengingat baik pada rilis ponsel sebelumnya maupun sistem operasi sebelumnya, kemampuan aplikasi ini tidak disertakan secara default.
Walaupun ponsel Motorola Q9 ini beredar secara resmi di Indonesia, jangan berharap bakalan ada pengaturan menu Bahasa Indonesia. Hehehe… Karena secara default, bahasa Indonesia tidak didukung oleh ponsel Smartphone berbasis Windows Mobile. Maka dari itu, saya pribadi tidak merekomendasikan ponsel ini untuk digunakan oleh awam, terutama bagi mereka yang tidak memahami Bahasa Inggris. Apalagi untuk dapat mengakses fitur-fitur yang umum digunakan seperti penggantian Profil, nada dering hingga alarm, dibutuhkan langkah-langkah yang tidak biasa terdapat dalam ponsel umumnya.
Dengan harga jual 1,9 juta rupiah, agaknya vendor Motorola masih ingin ikut serta mengisi kekosongan dan meramaikan pangsa pasar ponsel berkeypad QWERTY dengan beberapa vendor besar seperti LG dan Samsung yang telah berusaha merilis ponsel mereka pada rentang harga 1,5 sampai 2 juta rupiah.
Comments
Post a Comment