Skip to main content

…dibalik Temu Kangen itu…

Leganya… bathin saya sepulang dari ‘Temu Kangen Alumni SMAN 6 Denpasar Angkatan 1992’ @D’COZ 25 Desember malam kmaren. Lega karena ternyata acara dadakan yang tidak direncanakan dengan matang ini dapat berjalan dengan baik walaupun ada beberapa hal yang cukup membuat kami khawatir sesaat sebelumnya. Kehadiran 22 orang bukanlah jumlah yang sedikit karena bayangan saya sebelumnya malah gak bakalan sampe 10 orang yang berkenan meluangkan waktu.

Kurang dari seminggu. Gila gak ya ? ide ini dilontarkan oleh seorang teman kami, Preniti Suseni yang saat acara digelar malah berhalangan hadir, via chatting lewat media jejaring sosial FaceBook. Awalnya saya ragu, bisa gak kami ngumpul lagi setelah 14 tahun berpisah, apalagi masing-masing dah punya kesibukan kerja dan keluarga yang artinya waktu luang adalah hal yang paling sulit untuk diseragamkan. Tapi bersyukur atas dorongan dan dukungan beberapa teman lainnya, seorang teman yang dulunya beda jurusan bahkan sebelumnya gak pernah bertegur sapa dengan sukarela mau-mau saja kami daulat sebagai ketua panitianya. Thanks ya Sari.

Maka kamipun merancang sebuah acara ngumpul bareng dalam skala kecil yang sebenarnya diperuntukkan bagi mereka yang terdeteksi berada di FaceBook dan masih berdomisili di Bali. Bulan Januari menjadi ancer-ancer awalnya. Namun kembali pada pertimbangan saya sebelumnya, apa ga sebaiknya mencari waktu liburan resmi kisaran tanggal 25-31 Desember, dengan alasan semakin lama waktu yang direncanakan biasanya bakalan semakin molor dan akhirnya malah gak jadi. Seorang teman lantas mengusulkan tanggal 25 Desember yang kemudian disepakati bersama lewat sebuah pesan lagi-lagi melalui media FaceBook.

Pencarian tempat pertemuan bagaikan sebuah bumerang yang begitu dilemparkan malah bisa berbalik lagi alias makin bingung menentukannya. D’COZ dipilih lantaran memiliki jumlah makanan dan harga yang jauh lebih variatif ketimbang tempat makan lainnya. Bahkan yang murahpun ada. Dalam pelaksanaannya apa yang saya bayangkan malah jauh, lantaran permakluman yang sebelumnya sudah disepakati perihal urunan atau ‘membayar sendiri makan yang dipesan gak berjalan semestinya. Ini bisa dimaklumi, karena beberapa orang dari kami yang hadir masih berada pada tingkat ‘ketidakjelasan status penghasilan’ tapi bisa juga karena ketidaktahuan akan permakluman tersebut sebelumnya. Bersyukur seorang teman yang kini bekerja di sebuah Bank lokal, bersedia menalangi kekurangan biayanya. Thanks ya Bayu.

Acara ‘Temu Kangen’ ini gak bakalan bisa berlangsung dengan baik tanpa peran besar dari ibu ketupat Sari Herawati dan Yuli Yulistiowati yang dengan gencar melakukan lobi dan pemesanan tempat dilokasi. Malah pas H-1 Sari sempat berkabar bahwa pihak D’COZ tidak dapat meluluskan permintaan kami akan pemesanan tempat lantaran tingkat kunjungan pada hari sebelumnya melonjak drastis. Rencana pun diubah, diharapkan kami dapat datang lebih awal atau satu dua orang bersedia menunggui meja sejak sore. Kenyataannya malah mereka berdualah yang datang lebih awal. ckckck… Salute untuk kegigihannya merancang pertemuan ini. Thanks untuk rasa tanggung jawab kalian Girls.

Sebagaimana biasanya sebuah pertemuan dadakan, hal yang paling kami khawatirkan sejak awal adalah jumlah kehadiran rekan yang tidak sesuai dengan daftar konfirmasinya. Dari 30-an orang yang positif mengkonfirmasi kehadiran mereka melalui Sari, saya yakin hanya setengahnya yang memenuhi konfirmasi tersebut. Sisanya datang lantaran dihubungi last minute, termasuk kedatangan orang-orang yang kemudian mengakibatkan saltingnya kedua ibu kita tadi. Hehehe… Ceritanya nanti saja ya.

Berhubung mepetnya waktu sedari idea dilontarkan dengan pelaksanaannya, maka konsep selama berlangsungnya acara praktis hanya sekedar berbagi kabar dan makan bersama. Ide untuk berbagi kisah dan pengalaman dari masing-masing Rekan yang hadir tampaknya masih harus dipendam jauh-jauh mengingat masih ada yang bersikap layaknya tipikal anak SMA. Malu-malu untuk menyampaikan isi hatinya. hehehe…

Padahal apa yang saya harapkan dari pertemuan kemarin adalah minimal kami bisa mengetahui keberadaan masing-masing (keahlian dan pengalaman) sebagai bahan kegiatan seumpama kelak bisa mewujudkan pertemuan dalam skala besar. Apalagi kalo bukan mencomot tag milik Bali Blogger Community (BBC) ‘Berbagi Tak Pernah Rugi’. Gak ada salahnya kan kalo membagi sedikit pengetahuan yang kita miliki kepada siswa-siswi almamater ? hehehe… namanya juga impian.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.