Aku berjalan menyusuri pinggiran trotoar pada sebuah jalan yang sudah kukenal sebelumnya. Beberapa hari sebelum satu upacara keagamaan terbesar akan dilakukan. Upacara untuk membersihkan Legian Kuta pasca pengeboman Oktober tahun 2002 lalu. Satu dua toko tampak sudah mulai berbenah mempersiapkan diri mereka akan malam yang kan datang menjelang. Beragam orang berlalu lalang disekitarku… dan mataku tertumpu pada satu tempat.
‘Bunga, Pak ?’ sapa seorang pedagang yang berada disekitar tanah tersebut. ‘Untuk mengenang orang yang Bapak sayangi…’ tambahnya.
‘Tidak, Terima Kasih… tak satupun dari mereka yang saya kenal.’
‘…atau untuk mereka yang…’ belum selesai si pedagang berucap, aku bertanya ‘Siapa mereka Bu ? yang tertawa ramai disitu ?’ tanganku menunjuk tanah kosong yang sedari tadi kuperhatikan. ‘Maksud Bapak ?’ ia balik bertanya…
‘Itu… yang menari gembira dan tertawa keras…’
‘Jangan menakut-nakuti saya Pak… ga’ada orang disitu… siapa yang Bapak maksud ?’ si Ibu pedagang mulai kebingungan.
Aku berjalan menuju tempat yang kumaksud, berbalik kearah Ibu pedagang sambil menuding kearah kerumunan orang yang tertawa riang. Belum sempat si Ibu memberikan reaksi atas tanda tanyaku, seorang dari kerumunan itu bertanya padaku. ‘Ada yang bisa kubantu Pak ?’
‘Ah, tidak… Aku hanya ingin bertanya, kenapa kalian tertawa riang disini ? Bukankah di tanah ini dahulunya adalah lokasi bar yang menjadi sasaran utama pengeboman Legian Kuta ? Tak seharusnya kalian bergembira…’
‘Maaf Pak, Kami hanya ingin mengungkapkan rasa senang kami, karena sebentar lagi kami akan menyatu dengan-Nya…’
Sejenak aku masih belum mengerti… ‘Maksudnya ?’
Tawa riang itu sungguh mengusik hatiku. Tak sepantasnya mereka melakukan itu… ‘Siapa kalian ini… ?’
‘Kami adalah orang-orang yang kalian tangisi… orang-orang yang barangkali tak menyadari bahwa mereka sudah tak lagi bisa dimiliki. Orang-orang yang meninggalkan sejuta kenangan indah bagi mereka yang mencintainya… dan katakan pada dunia bahwa kami tak lagi bersedih… Sampaikan Terima kasih kami pada semuanya…’
…dan aku pun kembali terhenyak…
Comments
Post a Comment