Skip to main content

Kebiasaan dan Sentuhan tanpa Teori Fotografi

Entah sejak kapan saya mengubah kebiasaan dalam mengabadikan gambar menjadi tak biasa untuk dinikmati oleh orang lain. Keinginan untuk mendapatkan penampilan gambar yang berbeda dan sekedar mecoba-coba kerap saya lakukan toh kamera digital memang diciptakan untuk itu. Tidak ada istilah pemborosan film lagi dalam setiap gambarnya.

Memang saya tak lagi mengambil gambar dengan fokus obyek berada ditengah-tengah area gambar. Kadang saya menempatkannya agak kekanan atau kiri,  kadang juga hanya menyembul sedikit. Ketidakbiasaan ini kerap pula dicemooh oleh orang yang melihat hasilnya namun tak sedikit yang mengerti dengan apa yang saya inginkan.

Kalau hanya untuk menampilkan obyek manusianya saya rasa kurang seru, kurang berceritera. Makanya saya tambahkan lingkungannya juga, sehingga orang bisa tahu kalo si A sedang berada di tempat ini dan si B sedang berada di tempat itu.

Saya akui tidak memahami kaedah-kaedah fotografi yang baik, bagaimana menciptakan efek blur pada background dan menajamkan obyeknya, bagaimana menciptakan cahaya lokal setempat, bagaimana agar membuat gambar terlihat lebih eksotik. Semua itu biasanya saya lakukan via pc dengan bantuan perangkat lunak. Makanya saya katakan sejak awal, saya ini bukan tukang poto propesional.

Untuk sebuah event saya biasanya menambahkan satu dua gambar yang bisa saya gunakan sebagai jeda di awal, tengah dan akhir penyajian. Entah itu suasana rumah, pendukung ataupun kejadian unik. Gak ada yang saya persiapkan khusus sebelumnya, semua mengalir begitu saja setiap kali saya memulainya.

Saya pribadi menambahkan sedikit sentuhan lagi saat hasilnya hendak dicetak dan disajikan. Biasanya bergantung pada besaran album foto yang nantinya akan diberikan, apakah berukuran memanjang landscape seperti buku gambar sekolahan atau malah besar seperti badan saya ini. Misalkan saja untuk yang memanjang biasanya muat sekitar 4 biji foto berukuran 4R, sehingga dalam usaha mencetak dan menyajikannya saya berusaha untuk mendapatkan 2, 3 sampai 4 buah gambar yang senada atau satu momen kejadian dan mutlak disajikan dalam satu halaman foto. Jangan sampai dalam satu halaman foto ada satu buah foto yang disajikan dalam format mendatar sedang tiga lainnya dalam posisi portrait atau salah satunya tidak nyambung dengan momen yang diinginkan tampil disitu.

Yah, namanya juga sekedar menyalurkan hobi. He…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.