Bagi sebagian besar mahasiswa Pasca Sarjana di angkatan saya bisa dikatakan Tesis merupakan momok paling memberatkan ketimbang tugas-tugas kuliah pada semester sebelumnya. Hal ini saya katakan demikian karena hingga batas akhir semester keempat kemarin, hanya 3 (tiga) orang saja yang mampu lolos dari 28 (dua puluh delapan) orang mahasiswa yang terdaftar dalam satu angkatan.
Kenapa sangat memberatkan, mengingat waktu yang dimiliki oleh setiap mahasiswa setiap harinya ga’cukup diprioritaskan hanya untuk memikirkan Tesis saja. Bagi yang memiliki pekerjaan utama, ya harus tetap konsisten pada pekerjaannya agar dapur tetap ngebul dan ada biaya spp untuk kuliah semesteran berikutnya. Bagi yang sudah berkeluarga tentu saja memerlukan waktu luang untuk bisa menjalani kehidupan berkeluarga yang baik. Kondisi ini sangat jauh berbeda dibandingkan dengan saat penyusunan Skripsi, dimana rata-rata yang bersangkutan berada dalam posisi lajang, masih merupakan tanggungan kedua ortunya apalagi kalo blom punya pacar, wah wah wah… dijamin punya waktu luang yang leluasa untuk mengerjakannya. Saya sendiri memerlukan waktu setidaknya sekitar 3,5 bulan efektif pengerjaan dari total 8 bulan yang saya lalui.
Dalam perjalanan saya menuju Tesis sedari awal tahun untuk mengantisipasi minimnya waktu yang dimiliki, ada 7 (tujuh) langkah yang wajib diperhatikan sebelum bertekad mengambil momok paling berat dalam sejarah perkuliahan pasca sarjana ini. Hehehe…
Pertama, penentuan topik atau tema yang diambil. Sebisa mungkin mengambil masalah-masalah yang ada disekitar kita. Baik keseharian, pekerjaan ataupun lingkungan. Nantinya ini akan terkait erat dengan sejauh mana jangkauan yang bisa kita capai untuk dapat memahami dan mengerti jalan cerita dari tema atau topik yang diambil. Jangan sampai mengambil tema atau topik idealis, dengan studi kasus yang hanya ada diluar kota, atau hanya mengatasnamakan gengsi… ga mau kalah dengan teman lain.
Kedua, pahami kemampuan diri sendiri. Yang paling tahu tentang tindak tanduk dan kebiasaan anda adalah diri anda sendiri. Kalo merasa ga mampu menguasai sesuatu hal yang baru dalam waktu singkat, ya jangan sekali-sekali membenturkan kondisi tersebut demi sebuah cita-cita. Hindari atau limpahkan ke orang lain yang jauh lebih mampu apabila hal tersebut tidak dapat dihindari. Utamakan hal yang kita kuasai dahulu.
Ketiga, cari bahan sebanyak mungkin. Era Teknologi Informasi akan banyak membantu kita untuk kegiatan ini. Lakukan browsing terkait hal-hal yang nantinya akan dibahas dalam dokumen Tesis, baik istilah, pengertian, apa dan bagaimananya, kelebihan kekurangan hingga topik yang memiliki relasi dengan bahan tersebut. Apabila dari beberapa search engine yang ada belum juga memuaskan, silahkan hunting ke toko buku yang ada disekitaran kita dahulu. Ga’usah jauh-jauh nekat keluar daerah hanya untuk mencari referensi, karena rata-rata yang didapat bukannya referensi tetapi oleh-oleh. Hwahahaha….
Keempat, catat ide yang terlintas dalam media apapun (kertas, agenda, ponsel, pda) dan kembangkan kedalam bentuk tulisan saat kita sudah berada didepan laptop atau PC. Ga’ada ruginya melakukan hal itu, kali aja tulisan itu bakalan berguna dalam pengembangan ide nantinya.
Kelima, print out semua bahan (yang penting dan berkaitan langsung) dan ide tulisan tadi, satukan kedalam map yang mudah dibawa kemana saja. Biasanya saat memiliki waktu luang, entah itu sambil menunggu, bengong atau sedang berada diluar jangkauan pc atau laptop, bahan dan tulisan tadi dapat direkap menjadi satu kesatuan untuk mendukung tema atau topik yang dipilih.
Keenam, selalu mengulang kegiatan sedari poin ketiga sampe kelima. Bahkan sampe saat terakhir jelang ujian sementara dokumen sudah disebarkan, saya tetap menerapkan hal tersebut. Hal-hal baru yang kemudian saya dapatkan, selalu saya ungkap saat ujian berlangsung. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi dosen penguji.
Poin langkah kelima adalah hal yang paling sering saya lakukan. Membahasakan satu pemikiran, langkah yang diambil maupun penerapannya kedalam bentuk tulisan adalah tantangan paling berat dan membutuhkan waktu lama ketimbang hal lainnya seperti mengumpulkan, menyusun, menganalisis dan merekap ide. Biasanya hasil yang telah di-print out akan saya baca berulang-ulang atau diberikan kepada teman untuk ikut memeriksa apakah pola pikir yang saya maksudkan dapat diterima atau malah masih membingungkan untuk dicerna. Mengingat dokumen yang saya hasilkan nanti akan dibaca oleh berbagai tipe orang dengan tingkat kemampuan dan pemahaman yang berbeda.
Ketujuh, DIY -Do It Yourself- selalu berusaha untuk mengerjakan dan memahami segala sesuatunya dengan kemampuan diri sendiri. Seandainya pun berada dalam posisi mentok, ga’ada salahnya untuk bertanya atau melimpahkannya kepada yang lebih mampu namun tetap dalam posisi mengontrol. Jangan sampe apa yang dihasilkan, tidak kita ketahui maksud dan maknanya.
Jika sudah begitu, apapun nantinya yang dipertanyakan oleh orang lain, dosen penguji sekalipun, saya yakin akan dapat kita tangkap dan berikan solusinya. Selamat Berjuang yah…
Comments
Post a Comment