Skip to main content

IWAN FALS my LEGEND (2001 – today)

Masih pada masa kevakuman akan kehadiran sosok idola saya, Iwan Fals, bisa dikatakan hanya album-album kolaborasi saja yang hampir dinikmati hari kehari. Salah satu album yang saya paling sukai bahkan hingga kini adalah Kantata Takwa, album yang kabarnya dibesut pula menjadi sebuah film kolosal dan tentu saja terkena cekal pada jamannya. Entah apakah film tersebut jadi diedarkan pada tahun 2008 silam.

Iwan Fals Kembali… begitu rata-rata headline berita pada media cetak yang saya baca.

Kembalinya sang idola sudah saya nantikan sejak lama. Sayangnya dua karya pertama yang dirilis sama sekali bukan sesuatu yang baru, melainkan hasil ‘pencerahan’ warna musiknya saja. ‘Kumenanti Seorang Kekasih’ dan ‘Entah’, diaransemen ulang mengikuti perkembangan musik terkini, agar bisa diterima oleh telinga orang-orang baru yang kelak diharapkan bisa menjadi penikmatnya. Bahkan video klipnya kental dengan suasana hijau lingkungan dan putihnya kostum sang idola makin menguatkan kesegaran yang diinginkan.

April 2003, di ulang tahun yang ke-25 saya mendapatkan hadiah yang paling mengesankan. Konser Iwan Fals Live in Denpasar. Ini adalah pertunjukan pertama seorang Iwan Fals yang saya tonton. Kalau tidak salah, saat itu merupakan tour untuk promosi album studio pertamanya di era milenium. “Suara Hati”. Saking gembiranya, saya bahkan ikut melafalkan dengan suara yang keras hingga membuat mangkel beberapa penonton disekitar saya… “ini nonton Iwan Fals atw nonton orang tereak sih ?” He… barangkali bisa jadi begitu bathin mereka. But, cuek aja, toh dari sekian banyak lagu yang dibawakan malam itu, gak semuanya mereka tahu, kecuali sang penggemar. He…

Juni 2003, luapan kegembiraan saya makin menjadi. Indosiar menayangkan penampilan perdana secara Live di stasiun teve. Untuk menanti ini pula saya bela-belain membeli sebuah teve Tuner agar bisa merekam penampilan Iwan Fals secara Live di Indosiar tersebut. Sayangnya saking girangnya saat tayangan tersebut, suara sumbang saya ikut terekam dalam hasil video. Syukur, seorang sahabat ikutan merekam penampilan sang idola dalam bentuk audio mp3. Jadilah file tersebut saya copy dan dendangkan hingga saat ini. Gak Cuma lirik, suasananya pun masih saya ingat hingga kini. Edan kan ?

Pasca penampilan Live Iwan Fals di stasiun teve Indosiar tersebut, bisa dikatakan entah berapa kali sang idola mulai rajin tampil di stasiun teve lainnya. He…gak percuma saya beli Teve Tuner. Jadi punya beberapa dokumentasi Live sang Idola lengkap dengan siaran iklannya. Huahahaha…

Album “Suara Hati” bisa jadi sebagai pembuka jalan bagi seorang Iwan Fals untuk kembali pada penggemarnya. Sebagai kelanjutannya ada sekitar 3 album full studio yang dirilis plus 3 album kompilasi yang menyajikan karya terbarunya.

“in Collaboration With” yang menampilkan sejumlah musisi untuk diajak kerja bareng, mereka menciptakan dan mengaransemen ulang lagu baru maupun lama dari album sebelumnya dan Iwan Fals yang menyanyikannya. Ada juga “Manusia Setengah Dewa” album akustik yang diluncurkan hampir berbarengan dengan Pemilu lima tahun lalu, tak lupa album “50-50” yang dikemas dalam warna-warna segar.

Kumpulan Tembang Cinta karya Iwan Fals yang dahulu barangkali sudah pernah dirilis dalam bentuk kompilasi, diperbaharui dengan menambahkan dua tembang baru masih bertemakan tentang cinta.

Iwan Fals maen film ? he… pasca film “Damai Kami Sepanjang Hari” dan tentu saja “Kantata Takwa”, Iwan muncul kembali dalam sebuah film lokal yang pula bertemakan Cinta, dan merilis sebuah tembang “Aku Milikmu”.

Tak hanya dunia film yang dijajaki oleh seorang Iwan Fals. Bahkan sampai ke rentang iklan motor pun Iwan Fals tampaknya masih menarik untuk didekati. Entah karena memang ketokohannya yang mengisnsiparasi banyak orang dalam sikap dan perilaku mereka, tak heran majalah luar TIME pun mendaulat Iwan sebagai salah seorang ‘Heroes’ bagi masyarakat Asia, khususnya Indonesia. Sebuah penghargaan yang sangat tinggi dan pantas saya rasa.

Akhirnya Mereka menyebutnya sebagai ‘The Legend’. Seorang musisi yang menjadi sebuah legenda, dan hingga kini masih ada dan tetap berusaha eksis untuk menyuarakan isi hatinya pada jalur yang konsekuen. Secara pribadi, rasanya semakin salut saja yang bisa saya ucapkan.

Belakangan tampaknya Iwan Fals masih tetap berusaha menyapa penggemarnya lewat sebuah karya yang didedikasikan untuk kaum terpinggirkan, mereka yang dilanda kemiskinan “Untukmu Terkasih”.

Walaupun bagi sebagian besar penikmat album-album Iwan Fals sejak dahulu hingga kini mengatakan Iwan Fals sudah kehilangan gregetnya ketimbang album klasik terdahulu”, tetap saja sosok Iwan Fals menjadi sebuah legenda yang tetap hidup didalam hati saya.

Seorang sosok yang selama ini selalu menginspirasi saya, menemani hari-hari untuk tetap berbuat jujur dan terbaik bagi siapapun. Barangkali kelak untuk Bangsa ini. Semoga.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.