‘tulat tulit tulalit…’ ponsel saya berbunyi. Nomor yang tak dikenal…
‘HaLo, Pak Sudana ? bagaimana dengan pesanan kami kok blom dikirim ya ?’ ceplas ceplos si penelepon langsung ketika panggilan saya terima. ‘Pak Sudana ? Siapa niy ya ?’ tanya saya…
‘Pak, tolong pesanan saya dikirim segera. Saya tunggu hari ini…’ lanjutnya tanpa mendengar pertanyaan saya. Oke deh… that’s mean si penelepon gak memperhatikan kata-kata saya. Saya pun biasanya milih diam dan menunggu reaksi si penelepon.
‘Pak Sudana ? HaLo… HaLoooo…’ –diam…- hubungan terputus…
He… Kejadian macam begini bukan sekali dua saya alami. Bukan Cuma saya yang mengalami, tapi juga beberapa rekan pernah berkisah sama. Saat rekan saya seorang ibu muda yang gaptek, menghubungi ponsel suaminya, lah, kok ngangkat malahan suara cewek ? bagaimana ini ?
Maka perangpun terkadang tak terelakkan, begitu mereka berdua nyampe rumah dan bertemu. Si Ibu ngotot bahwa sang suami selingkuh, sedang si suami kukuh kalo Istrinya gak ada nelpon kok. Saya yang ditanyakan masalah begituan sih cuman bisa senyum-senyum.
Entah kenapa ya, kok bisa begitu ? padahal jelas-jelas kita menghubungi nomor yang sudah tersimpan dalam memory ponsel, jadi kesalahan bisa jadi minim terjadi, tapi kenapa yang ngangkat kok orang lain ?
Apa ini salah satu efek negatif yang ditimbulkan dari perang tarif ‘paling murah tanpa bayar’ yang digaungkan para operator di negeri ini ? Sehingga masyarakat saling berlomba untuk mengganti kartu perdana mereka dengan yang ‘nelpon berkali-kali, GRATIS !!!’
Apakah tidak ada yang peduli dengan nasib konsumen yang dirugikan ?
Comments
Post a Comment