Skip to main content

ayooo membaca

Suatu kali Istri saya pernah bertanya perihal rutinitas membeli majalah bekas ataupun tabloid ponsel tiap bulannya. ‘Apakah isi dari semua majalah ataupun tabloid itu sudah habis dibaca dan diingat ?’

He… pertanyaan yang dilontarkan oleh Istri saya ini, bukan lagi hal baru yang saya dengar dari orang terdekat. Malah pertanyaan yang sama, beberapa kali dalam hidup saya dipertanyakan demi melihat kegemaran saya membeli majalah tabloid baru atau bekas lantas mengoleksi artikel-artikel didalamnya. Ya, beberapa tahun belakangan ini saya malahan jadi rajin mengoleksi isi dari artikel-artikel yang saya anggap menarik untuk dibaca berulang kali, apabila saya perlukan.

Membaca. Ya, hobi ini agaknya yang paling menarik bagi saya pribadi. Bisa saya lakukan kapan saja, dimana saja, dengan media apapun. Jika dirumah, intensitas membaca saya lakukan paling banyak saat duduk santai atau berbaring dilantai. He… kebiasaan yang sangat buruk, kata orang. Malam sebelum tidur atau malah pagi saat ‘bertapa’ di kamar mandi. He….

Jika melihat jauh kebelakang, barangkali ada enam fase atau tahapan terkait hobi membaca dan membeli majalah, tabloid hingga buku ini. Pertama saat bersekolah dasar, saya berlangganan majalah Bobo, dan melahap Donal Bebek hasil pinjaman dari adik sepupu. Favorit saya pada masa ini tentu saja serial komiknya Pak Janggut ‘Monster Danau Kabut’ yang beberapa minggu terakhir saya dapatkan kembali dalam bentuk e-Book. Juga Deni si Manusia Ikan. Diluar itu saya keranjingan membaca komik Smurf dan Steven Sterk.

 Kedua saat usia remaja SMA, tingginya minat saya musik membuat saya terkena racun sobat terdekat yang waktu itu berlangganan HAI dan juga Ananda. Kedua majalah ini secara kebetulan punya orientasi sama, yaitu mengulas artis musik dari boy band macamnya NKOTB hingga Metalnya Sepultura dan tentu saja Metallica. Pada masa ini saya sudah mulai berkenalan dengan Perpustakaan Daerah, yang secara kebetulan mereka juga menyajikan komik Asterik & Obelix dan tentu saja Tintin.

Ketiga saat kuliah, minat saya perlahan berpindah pada majalah yang mengulas PC dan software. Tentu saja jauh beda dengan beberapa rekan seangkatan saya yang begitu memuja ‘ASRI’ sebagai bahan bacaan bulanan mereka. Pada masa ini pula saya akhirnya nekat mencoba otak-atik memperbaiki komputer milik teman, tentu saja hanya sebatas softwarenya saja. Itupun dengan pembelajaran otodidak saja.

Fase keempat saya alami saat usai kuliah, mulai bekerja dan akhirnya mampu memiliki uang jerih payah sendiri. Masa ini bacaan saya makin melebar dan berkembang pada majalah dewasa macam Popular. He…. Dapat dimaklumi, karena waktu itu saya baru saja mengenal ‘pacar pertama’ yang tentu saja seperti memiliki PC baru, menarik minat saya untuk mengoprek isinya lebih jauh. Akan halnya yang dilakukan oleh majalah Popular dengan menampilkan ‘the goddess’ versi mereka. Lumayan membuat mata dan sekujur tubuh menjadi menegang dan kaku. Huahauahauahaa……

Kelima, saya alami saat teknologi ponsel plus PC begitu booming di negeri ini, membuat saya selalu tertarik dengan majalah Digicom, Info Komputer, CHIP dan beberapa majalah sejenis lainnya. Tak lupa tabloid Pulsa dan tentu saja SmS saya lahap satu persatu. Apalagi saat fase ini didukung pula oleh tercapainya keinginan terpendam saya untuk memiliki sebuah PDA Pocket PC, usai racun yang disemburkan oleh majalah dan tabloid tersebut masuk kedalam jantung saya….

Setelah menikah dan puas dengan beberapa ponsel juga PDA yang saya miliki, intensitas ketertarikan saya mulai menurun. Istilahnya cooling down. Maka fase keenam, boleh dikatakan fase menuju kedewasaan diri, dimana saya mulai memutuskan untuk mengambil kuliah lanjutan (pasca sarjana) yang ternyata dibarengi oleh kehamilan Istri dan akhirnya kelahiran putri kami, MiRah GayatriDewi.

Fase terakhir ini rupanya membawa banyak perubahan minat. Dimana saya lebih banyak membeli majalah, tabloid dan tentu saja buku, ya buku, yang berkisah tentang kesehatan kehamilan ibu dan bayi, serta referensi pendukung pengerjaan tugas-tugas mata kuliah saya. Apalagi BLoG telah mulai saya kenal sedikit demi sedikit.

Makanya tak heran dalam fase terakhir ini, saya memiliki begitu banyak buku kecil (saku) hingga yang tebalnya mampu meninabobokkan saya. He… Tentu saja buku-buku tebal nan besar ini tak sempat saya baca. Bukan saja lantaran buku ini berbahasa Inggris, tapi juga mata kuliahnya keberu lewat sehingga tak terpakai lagi di sesi berikutnya.

Meningkatnya minat saya akan membaca akhir-akhir ini didukung pula oleh keberadaan toko buku yang dapat dijangkau oleh isi dompet saya, yaitu Toga Mas di Museum Sidik Jari Hayam Wuruk yang kerap memberikan diskon setiap pembelian, dan juga Gramedia Hero yang memiliki cukup banyak koleksi buku murah.

Membaca itu gak ada ruginya kok. Apalagi kalo isi bacaannya itu memang mampu mencerahkan isi kepala kita yang kian hari kian dicemari oleh maraknya video mesum dalam format 3gp, rm, wmv de el el besutan sutradara nakal nan amatiran. Katakanlah misalnya pada majalah CHIP edisi awal tahun 2002 yang mengetengahkan topik ‘Internet dalam Kokpit mobil’ yang ternyata baru saja pertengahan tahun 2008 lalu mulai digalakkan di Jakarta sana. Mobil yang ada fitur wifi-nya, dengan tarif lima ribu rupiah setiap kilometer jalan yang dilaluinya. Ternyata butuh waktu enam tahun agar teknologi tersebut beneran dapat tergunakan didalam masyarakat.

Tak hanya dalam bentuk fisik cetak yang saya sukai, baca dan koleksi. Digitalpun saya kumpulkan. Bahkan di Toga Mas, saya malah menemukan CHIP Edisi Spesial yang memberikan format digital majalah mereka sedari tahun 2002 hingga 2008. Lumayanlah untuk dibaca saat senggang. Tak lupa edisi yang memberikan bonus cd Wikipedia berbahasa Indonesia. Senangnya bukan main. Selain isi dan topik yang diberikan masih bisa saya gunakan paling tidak dalam jangka waktu lima tahun kedepan, kedua edisi tersebut malahan saya dapatkan dengan harga miring. Ha… sangat menggiurkan bagi saya yang berkantong tipis setiap bulannya.

Terlepas dari segala kegemaran saya akan membaca berbagai hal menarik sedari dahulu, setidaknya itu semua mampu memberikan ide ataupun inspirasi saat merencanakan sesuatu atau malahan sebagai bahan dan referensi isi BLoG ini. Suatu hal yang berharga bagi seorang BLoGGer agar jangan sampai kehabisan ide tulisan, mentok hingga hitungan minggu, trus menjadikannya malas ngapa-ngapain termasuk blogwalking. He….

Salam dari PuSat KoTa Denpasar

> PanDe Baik mengajak Rekan dan kerabatnya, siapapun mereka, berapapun usianya, apapun pekerjaannya untuk ikut dalam gerakan ayoooo membaca seperti yang telah dicanangkan oleh Pemerintah beberapa waktu lalu. Gak ada ruginya kok. ? <

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.