Skip to main content

Pengen Jadi CaLeg ? susun Strategi yuk ?

Hanya ingin melanjutkan tulisan saya sebelumnya tentang kisaran biaya yang perlu disiapkan buat yang nekat pengen jadi CaLeg. He… kira-kira kalo si CaLeg minim dana, apa yang sebaiknya dilakukan yah ?

Oke, Katakanlah seandainya saya yang memiliki ambisi seperti itu sedangkan dana yang dimiliki sangatlah minim, kira-kira bisa gak ya saya nembus gedung ‘Wakil Rakyat’ seperti halnya Bupati Kupang yang terpilih tanpa perlu mengeluarkan duit ratusan juta itu ?

Memang saya sadari, untuk bisa mewujudkan impian seperti halnya Bupati Kupang, barangkali memiliki kemungkinan satu berbanding seratus. Itu bakalan tergantung pada kepercayaan yang diberikan kepada masyarakat, bukan dengan janji-janji palsu bakalan mengaspal jalan ini, bakalan membebaskan biaya pendidikan, atau mensejahterakan petani. That’s all Bullshit bagi saya.

Seandainya saya dalam posisi berambisi maju ke bursa CaLeg, sedangkan saya minim dana dan modal awal dan tragisnya bukan siapa-siapa di mata masyarakat, mungkin hanya satu yang akan saya lakukan hari ini. Menunda pendaftaran untuk menjadi CaLeg hingga pemilu mendatang. Mengapa ?

Ya, kenapa harus bersusah-susah mengharapkan simpati dari masyarakat dengan mempublikasikan figur diri di tiap sudut jalan, mengatakan ‘hey, sudah saatnya hati nurani berbicara’ atau ‘masih mau denger lagu lama?’ Jika diri ini belum mampu didengar oleh sekian ribu masyarakat di daerah pemilihan yang kelak akan menjadi ajang tarung perebutan suara.

Tapi keputusan menunda bukan berarti lantas saya berdiam diri pasrah menunggu pemilu yang akan datang digelar. Minimal saya melakukan beberapa tindakan dengan tujuan awal adalah memperkenalkan diri pada publik. Misalkan saja bergabung pada beberapa komunitas lokal yang memiliki aktifitas dan hobbi yang sama.

Katakanlah hobi sepeda tua. Saya akan ikut gabung dan berusaha untuk dikenal oleh semua anggota internal yang tergabung dalam wadah tersebut dan juga orang luar yang secara kebetulan ikut tertarik akan hobi ini. Caranya barangkali dengan menjalin hubungan baik, saat aktivitas menjelajah dilakukan atau saat acara berbagi pengalaman misalnya.

Hobi motor besar ? Sangat dianjurkan. Karena biasanya pada hobi ini, bakalan menyajikan figur-figur yang sudah besar dan memiliki nama di masyarakat. Paling minim, orang yang bermodal dan memiliki pengaruh pada beberapa orang disekitarnya. Sekali lagi, loyalitas sangatlah penting untuk mendapatkan simpati dari para anggotanya.

Hobi nulis ato nge-BLoG ? gabung di komunitas setempat yang tentunya saya yakin bakalan berisikan beraneka ragam profesi. Dari remaja sekolah, pegawai kantoran, pemerintahan, teknisi IT hingga ke wartawan lepas. Harapannya tentu saja memperlebar sayap, kearah lintas profesi ini. Barangkali saja ada satu dua wartawan yang mampu memberikan gambaran awal akan sosok kita saat maju ke bursa CaLeg nantinya.

Ikut kegiatan sosial masyarakat, tanpa inisiatif mengundang media untuk mengekspose keberadaan kita. Jika menganggap diri mampu, bisa mengajukan langsung menjadi salah satu koordinator bidang kerja untuk menyiapkan hal-hal yang dipandang perlu dalam mendukung kegiatan. Pelan tapi pasti jika sudah dikenal, incarlah posisi ketua pelaksananya. He… Paling tidak jika sudah dikenal secara intern kegiatan, saat menduduki posisi ketua pelaksana, masa sih media gak mengeksposenya ?

Mencoba aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang berkaitan dengan sosial keagamaan. Bergerak dari lingkungan keluarga dahulu, hingga pelan-pelan ke tingkat yang jauh lebih luar dan beragam. Tentu saja untuk bisa melakukannya, kita membutuhkan talenta dan disiplin tinggi, agar mampu memberikan kemampuan yang terbaik nantinya. Paling tidak tampilnya kita ditengah komunitas dan kegiatan ini, bakalan memberikan pelajaran ‘bagaimana memahami masyarakat yang bakalan kita wakili suaranya’.

Jika figur pribadi sedikit demi sedikit sudah mulai dikenal dimasyarakat walaupun hanya sebagian kecil, usaha selanjutnya adalah konsisten berusaha berbuat baik dan barangkali mulai rajin menulis di beberapa media ataupun BLoG yang sederhana, terkait mimpi, cita-cita, harapan juga pola pikir yang akan dilakukan seandainya dipercaya nanti menyuarakan keinginan rakyat. Tentunya ini harus sudah dilakukan minimal 3-4 tahun sebelum Pemilu dilangsungkan. Kenapa saya katakan demikian ?

Agar tema ataupun topik isi pemikiran kita yang tertuang tidak terkesan aji mumpung, baru akan pemilu, baru memulainya…. Setidaknya isi daripada tulisan pemikiran kita bakalan makin berkembang dan terbuka pada berbagai hal ataupun isu yang ramai di masyarakat, sehingga orang yang membacanya akan mengingatnya dan paling minim menyebarluaskannya pada orang-orang disekitarnya.

Untuk dapat mendalami setiap isu maupun keluhan masyarakat, ada baiknya kita juga mulai rajin belajar. Apalagi kalo bukan memahami peraturan, perda, undang-undang hingga teknologi jika mampu, agar nantinya dapat mengikuti arus perkembangan yang bakalan hadir setiap saat ditengah masyarakat.

Minimal kalo nanti mendapat jatah laptop, gak bakalan digunakan untuk main Solitaire saat rapat sidang atau cukup mengandalkan tatap muka teleconference via web cam daripada kunjungan kerja keluar daerah yang menghabiskan dana rakyat yang sangat besar.

Kegiatan-kegiatan diatas, jika rutin dan secara konsisten dilakukan, saya yakin sedikit demi sedikit masyarakat akan mengetahui keberadaan kita saat keputusan mengajukan diri menjadi CaLeg dilaksanakan. Setidaknya gambaran atau bayangan awal akan sosok atau figur yang tampil sudah bisa dibaca sejak awal dan jauh sebelumnya. Jika sudah demikian, barangkali yang namanya Baliho perusak wajah kota, tak perlu lagi dipasang dan dipamerkan. Termasuk usaha untuk meraup sejumlah suara sebagai dasar lolosnya pencalonan bisa didapatkan tanpa susah payah mengorbankan duit ratusan juta.

Seperti kata Bupati Kupang yang Terpilih kemarin, jika seorang calon sudah menghabiskan banyak uang untuk melanggengkan langkahnya melewati bursa
‘Wakil Rakyat’ ya jangan salahkan jika saat mereka duduk di kursi nan empuk tersebut, selalu berusaha mengembalikan modal awal yang telah mereka keluarkan tersebut.

So, nikmati saja hidup ini. Jika memang berambisi, ada baiknya dimulai dari hal-hal kecil dahulu. Karena biasanya hal kecil pasti akan berubah menjadi besar dan indah. Berguna bagi masyarakat tentunya. He… gak asal omong.

> PanDe Baik akhirnya memutuskan melahirkan tulisan kedua ini, gara-gara asbunnya seorang CaLeg (baca:pahlawan kesiangan) di media Denpost beberapa waktu lalu, berkaitan dengan jalan yang rusak parah sedangkan Pemkab kok malah cuek. Padahal baru beberapa waktu sebelumnya, pak Bupati sudah turun ke lapangan dan menjelaskan prioritas penanganan di daerah tersebut. Trus kemana saja si CaLeg saat penjelasan dari pak Bupati waktu itu ? lagi molor ya Pak….. jadinya bangun kesiangan deh. He… <

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.