Skip to main content

Nokia 1,5 Juta Awal 2009

Sesekali saya pengen juga mengulas topik tentang ponsel, yang belakangan makin berkembang menjadi satu kebutuhan paling mendasar bagi setiap orang dari usia dewasa hingga anak-anak. Tapi kenapa harus Nokia ?

Ditengah gencarnya serbuan ponsel China yang menawarkan beragam fitur canggih dalam balutan desain modis dan ditawarkan dengan harga terjangkau, Nokia masih tetap merupakan pemain nomor satu diberbagai lini kelas yang ditawarkan. Kecuali jika itu berkaitan dengan dual frekuensi tentunya.

Nokia paling tidak sangat gampang dikenali dari desainnya yang khas, fiturnya yang selalu terdepan dan pemakaiannya nyaris tak jauh beda dengan pendahulunya. Alasan beberapa orang yang pernah saya temui, Nokia itu jauh lebih mudah digunakan ketimbang para kompetitornya.

Dari kisaran harga, bolehlah saya mengira-ngira seumpama seorang konsumen memiliki budget atau anggaran pas-pasan sekitar 1,5 juta kebawah, dan musti ponsel Nokia, kira-kira mau milih seri mana ya sebagai pilihan terbaik ?

Nah, untuk jawabannya saya bagi tiga. Tentu saja tergantung budget yang maksimum sebesar 1,5 juta tadi serta kebutuhan apa yang diharapkan dari ponsel yang bakalan dipilih nantinya.

Untuk kisaran maksimum 1,5 juta, Nokia sudah memberikan pilihan yang memadai sebetulnya. Selain untuk keperluan mendasar telepon dan sms, Nokia menyediakan resolusi layar yang lega (240×320 pixel), layar warna yang minimal kedalaman 265 K, MP3 player plus Radio FM, kamera yang sudah 2 MP bagi yang suka ngeshoot iseng, tambahan memori eksternal agar bisa menggunakan dan menyimpan file dari fitur tadi serta koneksi Bluetooth untuk tukeran data antar ponsel.

Pada kisaran ini, saya rekomendasikan yang paling sip dipilih yaitu seri 3120 Classic yang kebetulan sudah mendukung 3G. Minimal sudah bisa gaya walopun fitur canggih tersebut bakalan jarang dipake. He…. Trus ada seri 5300, yang merupakan salah satu rilisan Xpress Music, tentu saja didedikasikan sebagai ponsel musik. Ini dapat dilihat dari tombol player music pada sisi samping layar. Desain slider menjadikan seri ini terlihat lebih kecil dan pas untuk digenggam ditangan. Terakhir ada 7210 Supernova, ponsel fashion Nokia, yang punya ciri khas tipis dan juga tema yang jauh lebih modis dibanding seri lainnya.

Untuk kisaran 1 juta naik dikit, Nokia menyediakan pilihan yang bisa dikatakan lumayan yaitu layar warna, kamera 1,3 MP dan tentunya memory eksternal untuk penyimpanan file musik dan foto yang lebih banyak. Hanya saja, resolusi layar lebih kecil ketimbang tiga seri yang saya sarankan tadi, yaitu sekitar 128×160 pixel. Efeknya bakalan terlihat lebih jelas saat menggunakan thema yang sama dengan seri diatas, plus tingkat ketajamannya yang tentu saja kalah jernih.

Pada kisaran ini, saya merekomendasikan seri 3500 Classic, ponsel tipis dengan desain yang sedikit kaku tapi masih bisa terlihat gaya. Seri 3110 Classic yang punya kelebihan bisa membaca file audio besutan Microsoft yaitu WMA, dan saudara kecil edisi Xpress Music sebelumnya yaitu seri 5200. Walaupun sama-sama memiliki desain slide, seri ini tidak memiliki tombol akses musik seperti kakak kandungnya, 5300.

Sedang pada kisaran maksimum 1 juta, Nokia hanya mengurangi satu fitur saja dari kisaran sebelumnya, namun akan amat sangat berarti bagi sebagian konsumen. Ya, memori yang tersedia hanya dibatasi pada internal ponsel saja. Tapi yang namanya koneksi, minimal Bluetooth sudah dimiliki kok.

Pada kisaran murah meriah ini, saya merekomendasikan seri 2680 Slide dan juga seri 5000. Seri paling bontot saya sebutkan dari segi desain bisa dikatakan kalah modis, hanya saja memiliki satu kelebihan pada resolusi layar yang lega.

Nah, dari ketiga kelas yang saya rekomendasikan untuk kisaran harga 1,5 juta rupiah, tentu saja yang paling sip diambil ya seri 3120 Classic tadi. Secara pribadi, itu sudah lebih dari cukup kok. Tentu saja itu kembali lagi ke budget maksimal yang bisa disediakan untuk keperluan komunikasi.

Perlu diketahui juga bahwa untuk kisaran harga (baru) 1,5 juta, Nokia hanya memberikan ponsel yang tergolong sebagai symbian 40, dengan kata lain tanpa didukung oleh sistem operasi. Sehingga kelemahannya adalah tidak dapat ditambahkan aplikasi yang barangkali powerfull dan mampu menambah fungsi maupun kegunaan ponsel, sedang kelebihannya adalah dijamin terhindar dari ancaman virus apapun. He….

> PanDe Baik mencoba menawarkan alternatif pilihan bagi mereka yang berkeinginan memiliki ponsel Nokia pada kisaran harga maksimal 1,5 juta rupiah. Harga yang cukup terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia tentunya. Tulisan ini sekaligus sebagai jawaban atas pertanyaan yang kerap diajukan oleh beberapa rekan saat mereka ingin meng-upgrade ponsel mereka dengan dana yang terbatas. Semoga berguna. <

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.