Kamis siang, lantaran kecapekan dengan beberapa pekerjaan yang dibebankan sejak senin lalu, saya menyusuri jalan Veteran seperti biasa, memutuskan pulang kerumah melalui jalan pintas lewat gang kecil di jalan Setiaki. Ada yang aneh didepan toko jam, depan posko PDIP.
Keramaian terjadi, jauh lebih banyak untuk sebuah kecelakaan bermotor pikirku waktu itu. Yah, biasalah. Adat orang kita biasanya kan mengerumuni korban dan pelaku kecelakaan tanpa berkeinginan untuk menolong mereka. Hanya ingin melihat saja, siapa tahu ada berbuntut perkelahian, ungkap seorang teman saat kutanya.
Tanpa berhenti saya terus saja menyusuri jalan Veteran dan berbelok kearah barat sambil sesekali memberikan senyum pada warga yang berada dekat situ. Berharap bisa segera istirahat untuk bersiap kuliah malam.
Shock !
Setiba dirumah, Bapak menceritakan kejadian yang terjadi di jalan Veteran sesaat sebelum saya melewatinya. Perampokan yang sempat meletuskan tembakan dari sang pelaku kearah korban. Syukurnya tembakan itu meleset dan mengenai bemper mobil korban.
Cerita jelasnya baru saya ketahui di Media Radar Bali Jumat Pagi. Perampokan terjadi menimpa seorang nasabah bank Lippo yang baru saja mengambil uang sebesar 5 juta. Modusnya tergolong umum, mencobos ban mobil korban dan menunggu korban turun dari mobil untuk mengecek kondisi ban. Perampok segera merebut tas yang berisi uang sang korban.
Terlepas dari lolosnya si pelaku, setelah dikejar seorang intel yang kebetulan sedang lewat diruas jalan tersebut, untuk sekali lagi saya merasa terheran-heran. Bagaimana mungkin sebuah komplotan perampok mengetahui bahwa ada calon korban yang membawa/menarik uang jutaan dari sebuah bank.
Yah, pikiran itu saya rasa wajar saja, karena memang begitulah modus yang seringkali terjadi di seantero Indonesia. Kini menyasar Denpasar, di keramaian pula.
Sedikit menduga-duga, saya pikir pastilah ada keterlibatan ’orang dalam’ yang menginformasikan bahwa sang korban baru saja menarik uang dalam jumlah besar.
Ohya, ada beberapa skenario cerita yang terlintas dibenak saya.
Pertama, Dugaan saya adanya orang dalam itu (entah itu karyawan atau pegawai bank; mohon maaf, bukan saya menuduh) dilakukan sesaat setelah calon korban menarik uang dalam jumlah besar, dengan memberikan informasi pada ’jaringannya’ lengkap dengan ciri-ciri sang calon, sehingga saat anggota komplotan (yang barangkali memang standby dekat situ) dapat dengan mudah menemukan serta membuntutinya. Ban mobil yang di coblos bisa saja dilakukan sambil jalan.
Kedua, Dugaan saya adanya ’orang dalam’ yang saya artikan tanda petik tadi sebagai salah satu anggota komplotan (bukan intern karyawan/pegawai bank) yang rutin nyanggong diareal ruang tunggu. Begitu mengetahui sasaran calon korban, si pelaku membuntuti seperti dugaan pertama saya diatas.
Ketiga, Dugaan saya ya Perampokan yang sedikit terencana, dalam arti jauh-jauh hari si pelaku sudah mempelajari kebiasaan si calon korban yang secara rutin menarik uang dalam jumlah besar. Ini berlaku bagi mereka yang menjadi bagian dari satuan Keuangan dengan kewenangan membagikan gaji karyawan/pegawai di satu perusahaan atau instansi tertentu. Dugaan ini secara pribadi dapat dihapus pada kasus Perampokan Jalan Veteran diatas, mengingat jumlah uang yang dimiliki korban adalah 5 juta Rupiah saja.
Tapi lupakan ketiga dugaan saya tadi. Balik lagi pada kasus perampokan yang meloloskan sang pelaku, barangkali angan-angan saya yang lain jauh lebih kartun. Saya malah membayangkan ada beberapa orang yang mampu mengingat ciri-ciri fisik si pelaku yang dapat dikenali, plus identitas motor yang digunakan saat kejadian. Pak Polisi yang dapat dikontak dengan cepat oleh pihak yang secara kebetulan melintas di TKP segera memburu pelaku sesuai dengan arah laju kendaraan yang dipacu oleh sipelaku.
Belum lagi tayangan LIVE yang direkam oleh kamera helikopter, sesaat setelah mendapatkan informasi pelaku perampokan sedang dikejar sebisa mungkin oleh polisi yang ada disekitar lokasi kejadian. Seridaknya, pelaku minimal bisa ditangkap dengan baik atas kerjasama pihak berwajib lengkap dengan segala fasilitas paling hebat ala James Bond.
Sayangnya, khayalan saya itu harus segera dibuang ke tempat sampah, lantaran waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, waktunya tidur lebih awal untuk istirahat panjang. Sampai jumpa esok pagi.
> PanDe Baik saat menulis posting ini seakan melupakan sejenak stamina yang down sejak siang tadi. Entah kemana larinya semangat kerja saya. Entah kemana pula raibnya nafsu makan itu. Yang ada dalam pikiran hanyalah segera beranjak tidur dan membuang segala masalah juga beban seminggu ini. Oaaahhheeemmm… ngantuuukk….. <
Salam dari Pusat KoTa DenPasar….. zzz… zzz… zzz…
Comments
Post a Comment