Rasanya hingga hari ini, belum jua puas kalo bicara soal kecanggihan teknologi yang ditanamkan kedalam sebuah alat komunikasi. Ya, Ponsel. Sebuah terobosan mutakhir yang kini hampir diberbagai belahan dunia membuatnya begitu booming dan selalu dinanti para konsumennya, baik yang loyal maupun para newbie. Gak disalahkan memang, lantaran sekian banyak kecanggihan seakan ada dalam genggaman.
Oke, kita putar ingatan kita ke sepuluh tahun lalu, dimana alat komunikasi waktu itu masih bernama telepon rumah, dibuat dengan dimensi yang besar dan berat, serta dengan setianya duduk manis di pojokan rumah. Seiring berjalannya waktu, kita seakan dikejutkan oleh teriakan orang-orang kaya tahun tersebut yang menenteng ’telepon rumah’nya kemana-mana. Hanya untuk sekedar menunjukkan benda yang mereka tempelkan pada telinga.
Meloncat dua tiga tahun setelah itu, saya pribadi sempat terpana menyaksikan perkembangan kecanggihan ponsel yang ditanamkan pada sebuah brand terkenal Nokia, juga Sony Ericsson yang dalam waktu bersamaan mengeluarkan seri ’raksasa’ mereka. Nokia dengan 7650-nya, Sony Ericsson dengan P800-nya. Layar warna yang lebar, nada dering yang sudah mampu bersuara penyanyi, juga berbagai aplikasi tambahan yang mampu mendukung mobilitas serta aktifitas penggunanya.
Maka sejak saat itu pula, mata kita seakan menyaksikan satu perubahan besar dalam perkembangan tingkah laku manusia, dimana ponsel kemudian menduduki peringkat teratas sebagai benda ’must have’, bahkan oleh anak SD sekalipun.
Perubahan tingkah laku, dimana orang kini dapat terlihat ’sedikit gila’ lantaran senyum-senyum sendiri di pojokan (sambil baca sms cinta) atau malah mengumpat (kalah main game). Perubahan gaya hidup, orang kadang masih merasa malu untuk tampil didepan banyak orang, kalo ponsel yang ditenteng masih kualitas jadul (apalagi kalo masih berlayar kalkulator). Perubahan aktifitas, dimana orang kini dimanapun ia berada sudah mampu menghubungi atau dihubungi kenalannya, bahkan membuat dokumen laporan saat berada di toilet sekalipun.
Tak sampai satu dasawarsa sejak kelahiran para ’raksasa’ diatas, hari ini teknologi dan kecanggihan ponsel makin menunjukkan bahwa mereka jauh lebih dibutuhkan lantaran lebih powerful dan multifungsi.
Lihat saja, kapasitas memori yang disandangnya. Satu brand paling terkemuka bagi konsumen di Indonesia, merilis ponsel sliding dengan internal memori mencapai 16 GB. Yang kemudian dipatahkan lagi oleh brand terkemuka lainnya yang selalu mengedepankan inovasi, internal memori tersebut masih dapat ditambahkan lagi dengan memori luar dengan kapasitas sama. Bayangkan saja, 32 GB dalam genggaman. Bandingkan dengan memory shared yang disematkan pada ‘raksasa’ 7650 yang hanya 4 MB.
Fitur yang paling tergunakan oleh konsumen dimanapun mereka berada setelah telepon juga messaging adalah kamera. Kini sudah mencapai angka 8 MP (Mega Pixel). Satu angka yang mampu menetak hasil jepretan dalam ukuran besar. Padahal ukuran rata-rata yang dicetak, saya berani jamin hanya kisaran 3R dan 4R saja. Itupun paling banter dengan resolusi 3 MP pun sudah memuaskan. Padahal lima tahun lalu, kita masih diguncang pergeseran resolusi dari yang paling umum digunakan masih berukuran VGA ke ukuran Mega Pixel.
Para raksasa awal tahun 2000an diatas masih memiliki ketebalan diatas 2 cm. Itu pula yang menyebabkan saat mereka ditenteng dan digenggam, terasa besar dan berat. Kini kita disuguhkan oleh produk-produk yang saling bersaing ketipisannya, dari yang berkategori sebagai pelopor seperti Samsung dan Motorola, hingga menularkan ke kompetitor unggulan seperti Nokia dan Sony Ericsson. Bahkan setahu saya Samsung masih bisa dikatakan yang terdepan dalam hal kategori tipisnya ponsel yakni hanya 6 mm saja.
Makin menggodanya fitur-fitur yang ditawarkan oleh para produsen ponsel bagi mobilitas dan aktifitas penggunanya, tampaknya hanya berlaku pada frekuensi GSM saja. Kondisi akan berbalik pada ponsel dengan jenis frekuensi CDMA, dimana ini pula yang memicu keengganan salah satu brand terkemuka diatas untuk ikut serta merilis seri-seri ponsel mereka di frekuensi ini.
Seiring dengan murahnya tarif yang dikenakan pada frekuensi CDMA, pelan-pelan pengguna ponsel GSM mulai mendua (istilahne : Selingkuh, Poligami). Mulai menenteng dua jenis ponsel kalo kemana-mana. Satu ponsel GSM yang tentu berisikan seabrek kelebihan dari desain hingga fitur, dan satu hape CDMA yang murah. Hahahaha….
Perubahan ini tampaknya dapat ditangkap dengan baik oleh beberapa produsen ponsel diatas yang mulai mengeluarkan seri ponsel untuk dua kartu berbeda frekuensi. Namun masih mentok pada harga yang mereka tawarkan. Mahal.
Makin kemari, jenis ponsel yang diminati konsumen kini makin diramaikan oleh serbuan produsen negeri tirai bambu. Yup. Ponsel China.
Walaupun secara fisik masih belum ada yang mampu membuat desain fenomenal tapi original, tapi fitur-fitur yang mereka tawarkan tampaknya sangat ditunggu-tunggu oleh konsumen negeri ini. Bagaimana tidak, segudang fitur yang sudah ditawarkan diatas disuntikkan pada sebuah ponsel yang murah meriah. Rata-rata paling mahal ada di kisaran 2,5 Juta. Itupun sudah ada fitur tambahan lainnya, yaitu TV Tuner.
Trend pengguna yang membawa 2 buah ponsel pun mulai bergeser. Tak hanya dual sim card berbeda frekuensi, tapi keduanya juga dapat diaktifkan bersamaan yang dikenal dengan istilah Dual On. Sedang bagi Konsumen yang masih setia dengan sim card GSM-nyapun disediakan fitur Dual Mode (dua sim card GSM yang mampu aktif bersamaan).
Bukankah tadi saya sempat mengatakan fitur TV Tuner ? Yup. Tayangan televisi hari gini pun sudah bisa dinikmati dalam layar kecil ponsel. Walaupun teknologi ini bukan hal baru, karena brand Nokia sudah memulainya jauh lebih dulu, tapi sayang mereka bermain bukan pada Teve Analog, tapi Digital. Yang masih memerlukan kurasan pulsa untuk bisa menikmatinya. Fitur inilah yang belakangan menjadi laris diminati konsumen. Ada yang memang hanya sekedar gaya atau memang butuh. Untuk memantau perkembangan Balap Moto GP saat rapat warga misalnya, kata seorang teman.
Itu baru fitur, belum Koneksi yang disediakan, baik untuk tukeran informasi antar ponsel maupun ke dunia maya. Minimal InfraRed pada ponsel-ponsel murah saat ini, walaupun masih ada beberapa yang malah menggunakan kabel data untuk bertukar file.
Kini malah usai trend 3G, 3,5 G dan Wifi, bakalan ada WiMax yang bakalan memanjakan pengguna dengan koneksi supercepat untuk berselancar didunia maya sekaligus bertukar informasi. Sayangnya koneksi ini belum sepenuhnya didukung pengembangannya oleh Pemerintah kita.
Teranyar, trend berponsel malah beralih ke satu fitur yang di Amrik sana menjadi yang terdepan dari setahun lalu. Ya Blackberry. Fitur akses email dan internet yang sebenarnya sudah dirintis oleh operator Indosat sejak enam bulan lalu ini, kabarnya kini malah menularkan virus ke operator paling ngetop di Indonesia, Telkomsel, untuk merilis fitur Blackberry pada konsumen mereka. Tak hanya fitur yang begitu dikenal, tapi juga handsetnya yang memang berlabel Blackberry.
Ah, saya jadi berkhayal, kira-kira tahun depan, kejutan apa lagi yah yang bakalan muncul ?
Comments
Post a Comment