Ya, rasa bosan itu timbul saat menyaksikan layar televisi yang dipenuhi tayangan pasca eksekusi trio Bomber Bali Oktober 2002, Amrozy, Imam Samudra dan Mukhlas, Minggu dini hari lalu, dari kilas balik Bom Bali hingga pemakaman jenasah mereka bertiga.
Jika banyolan yang diceritakan dalam Wayang Cengblonk bahwa setiap cerita memerlukan waktu satu bulan tujuh hari ( a bulan pitung dina ) untuk dilupakan orang, nampaknya saya secara pribadi hanya membutuhkan waktu 3 hari saja.
Sama halnya dengan pemberitaan Syeh Puji dengan kata-katanya yang mengundang kontroversi bahkan cenderung menantang hukum, demikian pula dengan kasus mutilasi oleh Ryan, tak membutuhkan waktu lama seakan tenggelam begitu berita eksekusi ini diluncurkan.
Mengapa saya sudah begitu bosan dan enegh, karena masih saja mendengar cerita media televisi dengan segudang bahan ‘behind the scene’, versi ‘Extented’ maupun ‘Uncensored’, ditambah-tambahkan, diulang-ulang malah membuat para pembawa berita tak ubahnya presenter infotainment negeri ini.
Bahkan berita penurunan harga BBM pun seakan kandas lantaran nilainya yang tak seberapa, cuman lima ratus perak. Seharga karcis parkir sepeda motor, bahkan malah lebih murah jika dibandingkan tarif wc umum untuk buang hajat.
Mungkin alasan penundaan jadwal eksekusi yang terlampau lama, menjadi alasan yang paling masuk akal bagi saya hingga kejenuhan itu muncul tak sampai tiga hari pasca tembak mati ketiga terpidana tersebut. Istilahne ‘Nutug Ketelun’…..
Lantas, aktivitas apa saja yang bakalan saya lakukan ?
Saya memilih mengubah rutinitas selama 3 hari ini untuk rileks kembali sebelum melanjutkan aktivitas kantor yaitu pengawasan pekerjaan di ruas jalan Pipitan Tuka daerah Kuta Utara dan tentunya kasus Dewi Sri di daerah Kuta. Tak lupa pula penyusunan Thesis yang masih mandeg begitu masuk ke bagian Metode Penelitian dan Desain Sistemnya. Tapi paling tidak gak lagi memikirkan urusan siapa Dosen Pembimbing saya nantinya. He… doakan saja ya.
Comments
Post a Comment