Skip to main content

BeLajar pada Barack Obama

Kesuksesan salah seorang kader Partai Demokrat, Barack Obama pada PilPres Amerika Serikat mengalahkan rival-rivalnya baik dari satu partai, Hillary Clinton, begitu pula dari partai lawan, John McCain dengan telak pula.

Kemenangan Barack Obama yang sudah mulai ditayangkan pada layar televisi 5 November lalu, menurut saya pribadi seharusnya mampu pula dengan telak menampar wajah-wajah para politikus yang saat ini menjabat di kepengurusan partai, dan bersiap mencalonkan dirinya menjadi Capres, Cawapres hingga tingkat kepala daerah dan tentunya Caleg. Mengapa ?

Karena apa yang dilakukan Barack Obama saat kampanye baik menghadapi Hillary Clinton maupun John McCain, tak satupun yang sifatnya menyerang kelemahan maupun langkah lawan politiknya. Tak satupun Barack Obama mengecam, mencemooh, hingga menghina lawan politiknya. Didukung oleh penampilan dan gaya bicaranya yang lugas dan percaya diri, Barack Obamapun dinyatakan layak tampil didepan pendukungnya menduduki kursi nomor satu di negara Amerika Serikat.

Mari kita berpaling sejenak ke negeri ini.

Pilkada terakhir yang dilakukan kalo ndak salah di wilayah Jatim, yang menjatuhkan pasangan calon berkumis, bahkan sempat pula didukung oleh puluhan kyai dari pesantren top daerah Jawa Timur. Sampai tampil di media Jawapos dalam format setengah halaman pula.

Hasil akhir pemilihan kepala daerah Jatim ini mengetengahkan sejarah baru di Indonesia, yaitu jenuhnya minat masyarakat untuk ikut memilih pemimpinnya. Angka Golput kabarnya mencapai angka 46 % dari jumlah suara keseluruhan yang ada (Jawapos, 5 November 2008, halaman 1)

Angka ini menjadi terbalik saat kita memantau perkembangan minat para pemilih di Amerika sana, mengalami peningkatan yang sangat tajam, sehingga mampu pula menorehkan sejarah baru, dalam jumlah pemilih dari golongan muda. Sebanyak 135 juta dari 150 juta yang ada. Tertinggi dalam Pilpres Amerika sejak tahun 1920.

Lantas mengapa di negeri ini bisa didominasi oleh suara Golput ?

Barangkali saja masyarakat kita sudah terlalu jenuh dengan pola pikir para politikus yang katanya berpendidikan tinggi, tapi tetap saja menggunakan cara-cara busuk saat berkampanye dalam meyakinkan publik akan dirinya.

Mencemooh, mengecam bahkan menghina kebijakan-kebijakan pemerintah lama, saling menjatuhkan satu sama lain, janji-janji kosong, menggratiskan berbagai bidang termasuk pendidikan, bagi saya itu semua sudah layak dibuang ke tong sampah.

Seharusnya mereka, para politisi bangsa, para pejabat juga para Caleg dan calon kepala daerah, mulai belajar dari sikap dan sepak terjang seorang Barack Obama. Yang berusaha membuktikan kemampuan diri terlebih dahulu, apa yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi masyarakat, bukan sekedar memberikan sumbangan dan baju kaos gratis seperti yang biasa terjadi disini.

Jika memang benar keabsahan segala gelar yang melekat pada nama seperti yang terpampang pada baliho dipinggiran jalan dan selebaran yang mengotori wajah lingkungan kita, seharusnya para calon pemimpin baru mampu menuangkan ide-ide mereka menjadi sebuah bagian dari pembangunan daerahnya sendiri dan dapat bermanfaat penuh bagi lingkungan sekitarnya. Bukan dirasakan satu dua orang saja.

Sederhana saja. Penanggulangan banjir di Kota Jakarta misalnya. Masalah ini merupakan hal biasa dan berlarut-larut terjadi hingga hari ini. Kenapa tidak ada calon pemimpin yang memikirkan ini sebagai pondasi kampanyenya kelak ? malah bermimpi setinggi langit menjanjikan pendidikan gratis. Jangan-jangan janji-janji ini seperti halnya para operator seluler, gratisnya cuman di iklan doang.

Sayangnya baik telinga maupun otak mereka sepertinya belum melek akan semua itu. Masih terikat oleh mimpi-mimpi indah, minimal mampu mengeruk uang jika sudah menjabat nanti. Urusan rakyat ? no way !

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.