Sejak sore kemarin, layar Televisi mulai dipenuhi gegap gempita hasil PilPres Amerika, yang mengetengahkan Barack Obama unggul jauh diatas rivalnya John McCain. Mengantongi angka sekitar 337 diatas ketentuan 270 yang ditetapkan.
Jujur saja, pemberitaan kemenangan Presiden Amerika pertama yang berkulit hitam ini, sangat jauh menyejukkan hati saya hingga hari ini. Ditengah kemarahan saya akan kondisi sekitar yang mulai tak baik, lantaran kepentingan pribadi yang diutamakan diatas kepentingan negara. Apalagi kalo bukan hanya karena uang, uang dan uang.
Kemarahan saya bukan hanya itu saja. Pemberitaan media akan kontroversi Pemerintahan Bangsa ini yang mengulur-ngulur waktu Eksekusi Mati para Terpidana mati, Amrozy cs, semakin membuat mereka mengembangkan senyum kelicikannya, seakan memenangkan perang yang tak akan berakhir hingga kapanpun. Wong masih ada rencana PK Jilid 4 kok.
Sungguh saya kecewa dengan media televisi Indonesia yang cenderung mengetengahkan sosok para pengebom dan keluarganya menjadi pahlawan bangsa ini. Ditengah kegalauan dan ketidakjelasan nasib mereka yang menjadi korban Bom Bali tempo hari. Makin menjadi jengkel saja saat Amrozy menyatakan bahwa mereka yang mati itu adalah Takdir. SHIT !
Ketidakjelasan tayangan media televisi ddukung pula oleh makin maraknya Infotainment dengan berita itu-itu saja. Gak mendidik sama sekali.
Jadi jangan salahkan jika kemenangan sang tokoh dari Partai Demokrat sebagai Calon Presiden Amerika Serikat menggantikan si Presiden gila Perang, Bush. Betapa tidak, kemenangan itu diraih dengan menorehkan beberapa sejarah baru, baik itu terjadi sebelum kampanye hingga sesaat sesudah Pemilihan dilakukan.
Meningkatnya jumlah suara yang berasal dari kaum muda tergolong sangat tinggi dalam sejarah PilPres Amerika sejak tahun 1920. Itu artinya, suara yang dikhawatirkan bakalan menjadi Golput tak terbukti sama sekali. Ini jelas jauh beda dengan Pilkada yang diadakan nyaris bersamaan, yaitu daerah Jatim. Hampir 46 % suara memilih Golput (Jawapos edisi 5 November 2008, halaman 1).
Sayangnya kegembiraan itu terjadi nun jauh disana. Kegembiraan yang bisa saya rasakan secara pribadi, sambil berharap pelan-pelan negeri ini bisa menyelesaikan satu persatu masalahnya dengan baik bagi semua pihak.
Comments
Post a Comment