Skip to main content

Floppynya kmana neh ?

Ada yang menarik kalo ngliat perkembangan pc hingga hari ini, dimana pergeseran pemakaian media penyimpanan data makin berkembang setiap tahunnya. Hare gene untuk kategori storage pun bentuknya makin hari makin ringkas saja dan makin besar pula data yang mampu disimpan didalamnya.

Kalo tahun 2004 lalu, saat penulis terjun pertama kali jadi pengabdi bangsa ini, yang namanya disket floppy masih menjadi dewa pada instansi dimana penulis ditempatkan. Padahal waktu itu, yang namanya cd-R (kira-kira lima ratus kali disket floppy- lumayan bikin terperangah mereka ini) udah dikenal luas dan menjadi media standar apalagi ada fitur Multisessionnya. Hanya saja memang untuk sekelas pengabdi saat itu yang namanya perkembangan teknologi blom menjamah dalam pikiran setiap orangnya. Jadi, untuk hardwarenya cd-rw sendiri sama sekali blom dikenal, masih beranggapan kalo semua cd-rom mampu melakukan burning data.

Makin berkembangnya media tentu waktu itu pula penulis mulai memperkenalkan media kartu memory pada rekan-rekan pengabdi seruangan, didukung dengan kepemilikan handset pda yang mampu mendukung format mmc dan bisa digonta ganti tanpa harus mematikan handset. (istilah lainnya ‘Hotswap’). Kapasitasnya waktu itu maks 1Gb, artinya udah sekitar delapan ratus media floppy yang masih ngetrend disitu. Hanya saja untuk membacanya di pc, penulis harus rela membawa pembaca kartu yang ukurannya cuman sejempol tangan aja. Makin bengong deh ntu para pengabdi bangsa ini.

Gak puas juga bikin bengong wajah para pengabdi, penulis lagi-lagi iseng menularkan kebiasaan membawa flash disk yang waktu itu harganya masih cukup tinggi, sehingga membuat emoh rata-rata pegawe untuk mengeluarkan biaya ekstra. Lama-lama, satu dua ikutan bawa, lantaran keringkasannya dan juga sudah kemudahan pemakaiannya.

Terakhir tentu ada hard disk storage yang punya kapasitas penyimpanan jauh lebih gila lagi, sayangnya dari bentuk ya tak mampu masuk ke saku baju dinas, sehingga dari kepopulerannya dimata para pengabdi ini masih kalah dibanding Flash disk tadi. Apalagi untuk si kecil fd saat ini sudah ada yang kapasitasnya mencapai 4 Gb, dan dijual dengan harga murah pula.

Dengan makin canggihnya media penyimpanan, gak heran saat memesan pc baru tahun 2006 lalu, penulis gak lagi mencantumkan floppy disket dalam paket pembelian. Yang ternyata saat ini rata-rata dilakukan pula pada pembelian dimanapun berada. Jadi agak surprise juga saat ngliat deretan pc di ruang pembelajaran Toefl, gak nyantumin floppy lagi pada cpu-nya. Kenapa bisa surprise, lantaran dua taun lalu itu penulis sempat diejek karena beli pc baru kok ndak isi floppy disk-nya. J

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.